
Kejadian Keracunan Makanan di SDN Legokhayam
Sebanyak 12 siswa kelas III dan IV SDN Legokhayam, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, diduga mengalami keracunan makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Kamis, 21 Agustus 2025. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orangtua dan pihak sekolah.
Para orangtua menduga adanya masalah dengan makanan yang diberikan oleh program MBG setelah anak-anak menunjukkan gejala seperti mual, pusing, dan muntah. Salah satu orangtua, Feri Sobur, mengungkapkan bahwa putranya muntah saat sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah. Ia menjelaskan bahwa setelah sampai di rumah, anaknya masih terus muntah dan merasa mual serta pusing.
Feri bersama istri membawa anaknya ke klinik terdekat. Menurut dokter, kondisi anak tersebut disebabkan oleh keracunan makanan. Anak Feri juga menyatakan bahwa ia hanya mengonsumsi makanan dari program MBG dan tidak memakan apa pun selain itu. Setelah diperiksa, dokter memberikan obat untuk mengatasi gejala yang dialami.
Saat ini, kondisi anak Feri terus membaik, namun masih mengalami trauma. Feri berharap pihak terkait melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program MBG agar kejadian serupa tidak terulang.
Pelaksanaan Program MBG di Sekolah
Kepala SDN Legokhayam, Nendi Rohaendi, menjelaskan bahwa siswa yang diduga mengalami keracunan merupakan murid kelas III dan IV. Siswa-siswa tersebut masuk sekolah pada siang hari dan mengonsumsi makanan dari program MBG sekitar pukul 13.00.
SDN Legokhayam mulai menerapkan program MBG sejak Selasa, 19 Agustus 2025. Petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setempat mengirimkan 300 porsi MBG per hari, terdiri atas dua sif. Pengiriman sif pagi tiba pada pukul 8.00, sedangkan sif siang tiba pada pukul 11.00.
Menurut Nendi, siswa yang masuk pagi tidak mengalami gejala apapun. Namun, 12 siswa yang mengalami gejala keracunan adalah siswa yang masuk siang. Mereka membawa makanan dari program MBG ke rumah masing-masing. Dari informasi yang diterima, ada bagian menu yang basi saat dicicipi di rumah.
Pihak sekolah menyatakan bahwa mereka telah menerapkan prosedur sesuai aturan program MBG. Meski begitu, Nendi mengakui bahwa pengawasan terhadap makanan yang dikirimkan bukanlah tanggung jawab pihak sekolah sepenuhnya. Sejauh ini, 12 siswa yang diduga keracunan telah dibawa ke klinik atau puskesmas terdekat.
Evaluasi dan Tindak Lanjut
Nendi mengatakan bahwa pihaknya telah meminta SPPG untuk menindaklanjuti kejadian ini. Hal ini termasuk evaluasi penyajian dan pengemasan makanan. Pihak SPPG di wilayah setempat, Egi Irmawan, menyatakan bahwa mereka telah mengadakan pertemuan dengan para orangtua dan menerima masukan sebagai bahan evaluasi.
Egi menjelaskan bahwa pihaknya selalu mengikuti petunjuk teknis dan prosedur operasi standar dalam penyajian makanan. Proses memasak dilakukan dengan memperhatikan kebersihan dan higiene sanitasi. Waktu memasak untuk pengiriman pagi dan siang berbeda, serta setiap makanan dalam pengawasan ahli gizi yang ditunjuk Badan Gizi Nasional.
Meskipun demikian, Egi menyatakan bahwa pihaknya siap melakukan perbaikan dan memastikan kejadian serupa tidak terulang. Pihak SPPG tetap mendistribusikan 300 porsi MBG per hari untuk siswa SDN Legokhayam, dengan sekitar 200 di antaranya diberikan pada waktu siang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!