
Pertarungan Melawan Mesin Kekuasaan
Dalam konteks politik Papua, pertarungan antara Benhur Tomi Mano (BTM) dan kekuatan yang lebih besar tidak hanya tentang kemenangan atau kekalahan. Di balik setiap langkah dan strategi, terdapat konflik yang lebih dalam: perjuangan melawan sistem yang ingin mengontrol sumber daya alam dan menjadikan tanah Papua sebagai lahan bisnis. BTM masuk ke arena ini dengan modal utama yaitu keyakinan pada kebenaran dan dukungan dari rakyat kecil.
Pihak lawan bukanlah musuh biasa. Mereka memiliki jaringan partai yang kuat, serta pengaruh dari pusat yang sangat besar. Partai-partai dipaksa tunduk, kursi pengusung direkayasa, dan lembaga-lembaga demokrasi seperti Mahkamah Konstitusi (MK) sering kali digunakan untuk mendukung skenario tertentu. Proses pemilu dianggap sebagai panggung, sedangkan drama sesungguhnya adalah upaya untuk menguasai wilayah dan sumber daya alam.
Langkah demi langkah menunjukkan bahwa kekuasaan tidak selalu berada di tangan rakyat. KPU diacau, PJ gubernur diganti sebelum Pemilihan Ulang (PSU), bupati dan wali kota diarahkan, bahkan aparat kepolisian diperintahkan untuk tidak netral. Semua ini dilakukan agar kursi gubernur bisa diisi oleh orang yang dapat dikendalikan untuk membuka pintu tambang, hutan, dan laut bagi pihak luar.
Di tengah situasi ini, BTM tetap berdiri teguh. Ia memilih untuk menjadi cahaya di tengah badai, meskipun tahu kemungkinan besar akan padam. Namun, sebelum itu, ia ingin menunjukkan bahwa ada suara yang masih bisa disampaikan.
Cahaya yang Membuka Mata
Meski BTM tidak menang secara politik, perjuangannya memberikan kesadaran kepada rakyat Papua. Mereka mulai menyadari bahwa Pilkada bukan sekadar pemilihan gubernur, tetapi juga bagian dari rencana besar yang ingin menguasai tanah dan sumber daya. Rakyat kini tahu bahwa anak-anak asli Papua sering kali dijadikan alat untuk melawan sesamanya, sehingga cukong-cukong bisa merampas kekayaan tanah ini.
Jika tidak ada BTM, mungkin rakyat Papua hanya diam dan memilih kotak kosong. Tidak ada yang akan membuka skenario besar ini. Tidak ada yang akan berani bersuara tentang tangan gelap yang ingin menguasai Papua. BTM telah memilih untuk menjadi terang, walau akhirnya dikalahkan.
Pahlawan Moral Papua
Seorang pahlawan bukanlah mereka yang selalu menang, tapi mereka yang berani membayar harga mahal demi martabat bangsanya. BTM adalah contoh nyata dari pahlawan moral. Meskipun kalah di medan politik, ia menang di hati rakyat yang sadar. Ia membuka wajah gelap yang ingin menjadikan Papua sebagai meja makan. Ia menunjukkan bahwa seorang anak Papua masih bisa berdiri, tidak tunduk pada uang dan jabatan, serta tidak tergoda menjadi alat perampokan.
BTM adalah suara yang berkata: Tanah Papua bukan untuk dijual. Hutan ini bukan untuk ditebang. Air ini bukan untuk dikeringkan. Manusia Papua bukan untuk diperalat.
Filosofi Tanah dan Alam
Tanah Papua bukan hanya sebidang bumi. Bagi orang asli Papua, tanah adalah ibu, hutan adalah pelindung, sungai adalah darah, dan gunung adalah bapak. Merampok tanah Papua berarti memutus nadi kehidupan. Dalam konteks ini, refleksi penting muncul: Apa artinya kursi gubernur jika tanah ini dikuasai oleh cukong? Apa artinya kemenangan politik jika hutan-hutan habis, dan anak-anak Papua hanya menjadi buruh di negeri sendiri? Apa artinya pembangunan jika roh leluhur menangis melihat tanah yang diwariskan hancur?
BTM telah mengingatkan semua orang: kemenangan sejati bukanlah jabatan, melainkan kesetiaan menjaga warisan Tuhan.
Harapan bagi MDF dan Generasi Papua
Kini MDF telah sah menjadi gubernur. Rakyat Papua memberi hormat pada kemenangan itu, tetapi sekaligus menitipkan harapan. Bahwa MDF tidak larut dalam arus mafia tambang. Bahwa ia tetap berpijak sebagai anak asli Papua yang hatinya untuk rakyat, bukan untuk kepentingan pusat.
Dan untuk generasi Papua, pelajaran ini jelas: jangan lagi saling menghujat, jangan lagi melawan saudaramu demi uang atau jabatan. Bersatulah menjaga tanah ini, sebab Tuhan telah memberi Papua hanya untuk orang Papua.
Mahkota Emas untuk BTM
Sejarah akan mencatat: walau kalah, BTM telah memakaikan mahkota emas di kepala rakyat Papua. Mahkota itu bukan dari emas tambang, melainkan dari keberanian, kebenaran, dan pengorbanan. Ia adalah pahlawan moral yang menunjukkan bahwa dalam kegelapan yang paling pekat, satu cahaya kecil mampu membongkar semua kebusukan. Dan cahaya itu akan terus hidup dalam hati rakyat Papua yang mencintai tanah, manusia, dan alamnya. BTM mungkin bukan gubernur, tetapi ia adalah terang dan garam bagi bangsanya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!