Pergerakan Pasar Saham Indonesia di Tengah Kebijakan dan Kolaborasi
Pasar saham Indonesia terus menunjukkan dinamika yang menarik sepanjang tahun 2025. Berbagai perusahaan dan investor besar terlibat dalam berbagai strategi dan kebijakan yang memengaruhi tingkat indeks harga saham gabungan (IHSG). Berikut adalah beberapa peristiwa penting yang mencerminkan situasi pasar saat ini.
Peran BlackRock di Saham Sampoerna dan Gudang Garam
Perusahaan investasi global seperti BlackRock Inc. menunjukkan minat besar terhadap saham emiten rokok, yaitu PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM). Pada bulan September 2025, perusahaan tersebut melakukan berbagai manuver dalam investasinya di dua perusahaan tersebut. Hal ini terjadi di tengah isu mengenai penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada 2026, meskipun akhirnya ditetapkan tanpa kenaikan. Keputusan ini mungkin menjadi faktor yang memengaruhi keputusan investasi dari pihak luar.
Penurunan Investasi di Saham EMTK Meski Harga Melonjak
Meski harga saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) melonjak tajam pada 2025, jumlah saham yang dimiliki oleh salah satu investor besar justru mengalami penurunan. Harga saham EMTK mencapai Rp1.565 per akhir perdagangan Rabu (1/10/2025), dengan kenaikan sebesar 198,10% secara year-to-date (ytd) pada tahun ini. Meskipun demikian, ada indikasi bahwa beberapa pemodal besar mulai menjual saham mereka, mungkin karena alasan strategis atau diversifikasi portofolio.
Transformasi dan Ekspansi Perusahaan Abadi Nusantara
PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk. (PACK) sedang melakukan transformasi untuk menjadi perusahaan holding investasi. Setelah beralih dari bisnis kemasan, PACK mulai fokus pada bisnis tambang nikel dengan mengakuisisi dua perusahaan tambang. Perubahan pengendali juga menjadi salah satu alasan utama transformasi ini. Saat ini, perseroan dikendalikan oleh PT Eco Energi Persada (EPP), yang memiliki lebih dari 753,40 juta lembar saham atau setara 47,16%. EPP sendiri dimiliki oleh Deng Weiming, seorang pebisnis kaya asal Tiongkok.
Daya Tarik Saham BBCA di Tengah Kebijakan Bank Himbara
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masih menarik perhatian investor meski empat bank BUMN besar seperti BBRI, BMRI, BBNI, dan BBTN baru-baru ini mengumumkan kenaikan suku bunga deposito berjangka valas menjadi 4% per tahun. Kebijakan ini akan berlaku efektif mulai 5 November 2025 dan berlaku untuk seluruh tier saldo serta semua tenor hingga 12 bulan. Langkah ini tidak hanya dapat meningkatkan biaya dana (cost of funds) tetapi juga membantu bank BUMN dalam memperluas cadangan likuiditas dolar mereka.
Kolaborasi Para Konglomerat Mendorong IHSG
Para konglomerat ternama seperti Toto Sugiri, Anthoni Salim, Prajogo Pangestu, dan Bakrie melalui perusahaan masing-masing bekerja sama untuk mendorong kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2025. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks komposit berhasil melewati level psikologis 8.000 dari 7.079,91 pada penutupan perdagangan akhir tahun lalu menjadi 8.061,06 atau naik 13,86% pada Selasa (30/9/2025). Kolaborasi ini menunjukkan bahwa para pemain besar di pasar modal terus memainkan peran penting dalam memengaruhi kondisi pasar.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!