Pergerakan Harga Bitcoin yang Menarik Perhatian
Harga Bitcoin kembali mengalami peningkatan signifikan, mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Harga koin ini melebihi angka USD 118.815 atau setara dengan Rp 1,99 miliar per koin. Lonjakan harga ini terjadi setelah Amerika Serikat mengalami shutdown pemerintahan akibat kebuntuan anggaran di Kongres.
Dalam laporan terbaru, Bitcoin sempat menyentuh angka USD 119.455 atau sekitar Rp 1,99 miliar, naik hampir 4 persen dalam 24 jam terakhir. Selain itu, Ether juga mengalami kenaikan hingga USD 4.378 atau sekitar Rp 72,8 juta, sedangkan Solana mencapai USD 224 atau sekitar Rp 3,7 juta. Indeks CoinDesk 20, yang memantau 20 aset kripto besar, juga melonjak 5 persen menjadi 4.217 poin.
Dampak Shutdown Pemerintah AS pada Pasar Kripto
Shutdown pemerintahan Amerika Serikat dikhawatirkan akan menunda rilis data ketenagakerjaan nonfarm payrolls yang seharusnya dirilis pada Jumat ini. Kondisi ini, menurut analis, bisa memicu "liquidity impulse" atau dorongan likuiditas positif di pasar keuangan.
Matt Mena, Strategis Riset Kripto di 21Shares, menjelaskan dalam email kepada Coindesk bahwa jika laporan ADP adalah sinyal awal dan data BLS tertunda, The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Oktober dan memberi sinyal pemangkasan berikutnya pada Desember. Langkah ini akan menurunkan imbal hasil riil, melemahkan dolar, dan pada akhirnya mendukung reli Bitcoin.
Menurutnya, kenaikan harga BTC setelah shutdown bisa menjadi isyarat awal reli besar berikutnya. “Pesannya jelas: di tengah ketidakpastian makro, Bitcoin tetap menjadi salah satu aset yang justru diuntungkan ketika aturan lama runtuh,” kata Mena.
Pergerakan Pasar Derivatif yang Menarik Perhatian
Selain pergerakan harga spot, pasar derivatif juga menarik perhatian. Greg Magadini, Direktur Derivatif Amberdata, menilai opsi Bitcoin di Deribit tampak murah untuk jangka pendek. “Setelah periode panjang volatilitas BTC yang sepi, shutdown pemerintah AS bisa jadi katalis yang membuat BTC bergerak besar,” ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi kontango curam pada kurva implied volatility membuat opsi jangka pendek relatif lebih murah. Salah satu strategi yang direkomendasikan adalah long straddle, yakni membeli call dan put option pada harga strike yang sama. Strategi ini memungkinkan trader meraih keuntungan baik saat harga naik maupun turun drastis.
“Shutdown dan laporan payroll pekan ini bisa memicu aliran besar dolar yang akan menentukan arah The Fed. Hal ini bisa membuat Bitcoin reli sebagai lindung nilai terhadap dolar, atau justru jatuh jika pasar panik,” kata Magadini.
Bitcoin Sebagai Aset Lindung Nilai
Dengan latar belakang shutdown pemerintahan Amerika Serikat, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, dan options yang masih relatif murah, Bitcoin kembali mencuri perhatian sebagai aset lindung nilai. Meski momentum bullish kuat, para analis mengingatkan volatilitas tetap tinggi sehingga investor perlu waspada menghadapi potensi pergerakan tajam di kedua arah.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!