
Penurunan Harga Mobil Listrik Bekas di Indonesia Lebih Tajam
Di tengah perkembangan pasar otomotif yang terus bergerak, harga mobil listrik bekas di Indonesia mengalami penurunan yang lebih tajam dibandingkan mobil berbahan bakar bensin (ICE) maupun hybrid. Hal ini menjadi perhatian khusus dari para pelaku pasar dan ahli di bidangnya.
Direktur OLXmobbi, Agung Iskandar, menjelaskan bahwa penurunan harga mobil ICE atau hybrid bekas relatif stabil, dengan kisaran antara 10 hingga 15 persen. Namun, untuk mobil listrik bekas, depresiasi bisa mencapai hampir dua kali lipat. Menurutnya, salah satu faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah siklus produk yang sangat singkat. "Mobil baru cenderung keluar modelnya sangat cepat. Setiap kali ada model baru, harganya turun dengan penambahan teknologi yang lebih baru. Jadi, yang ingin membeli mobil bekas sering kali ragu apakah akan memilih mobil bekas atau membeli yang baru," ujarnya dalam gelaran Astra Media Day 2025 di Jakarta.
Selain itu, akses pembiayaan juga masih menjadi kendala bagi penggemar mobil listrik. Ia menuturkan bahwa pembelian mobil bekas ICE maupun hybrid di Indonesia masih terbagi rata antara tunai dan kredit. Namun, kondisi tersebut berbeda pada mobil listrik. "Untuk mobil bekas ICE, kurang lebih splitnya 50-50 antara cash dan kredit. Tapi untuk mobil listrik bekas, hampir nggak ada multifinance yang berani membiayai," tutur Agung.
Keterbatasan akses pembiayaan turut mencerminkan bahwa pasar mobil listrik bekas masih kecil. Data OLX mencatat bahwa iklan BEV bekas hanya sekitar 1 persen dari total listing, dengan dominasi Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV. Chief Commercial Officer OLX, Arief Iskandar, menambahkan bahwa mobil listrik bekas saat ini umumnya hanya banyak ditemui di kota-kota besar. "Di Jakarta saja iklannya baru sekitar 1,5 persen. Begitu masuk ke Bandung atau Surabaya, angkanya bahkan tidak sampai 1 persen," ungkap Arief dalam kesempatan terpisah.
Arief menilai fenomena ini masih wajar, mengingat tren kepemilikan mobil listrik di Indonesia baru mulai berkembang dalam dua hingga tiga tahun terakhir. Sebagian besar konsumen masih berada di tahap awal kepemilikan sehingga belum memiliki rencana menjual. Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan utama tetap ada pada harga jual kembali. "Sebelumnya harga jual Ioniq 5 atau Air EV cukup stabil. Tapi sejak setahun terakhir, banyak model baru dengan fitur lebih lengkap dan harga lebih murah. Ini membuat harga mobil listrik bekas turun lebih cepat," jelasnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Depresiasi Mobil Listrik
Beberapa faktor penting yang memengaruhi depresiasi mobil listrik bekas antara lain:
- Siklus Produk yang Singkat: Perusahaan otomotif sering kali meluncurkan model baru dengan teknologi lebih canggih, yang membuat mobil lama kehilangan nilai.
- Perubahan Teknologi: Peningkatan teknologi dalam mobil listrik membuat mobil lama semakin tidak diminati.
- Pembiayaan yang Terbatas: Banyak lembaga pembiayaan enggan memberikan pinjaman untuk mobil listrik bekas.
- Tren Pasar yang Masih Berkembang: Minimnya jumlah mobil listrik bekas di pasar menunjukkan bahwa industri ini masih dalam tahap pertumbuhan.
Kondisi Pasar Saat Ini
Meskipun ada tantangan, situasi pasar mobil listrik bekas di Indonesia menunjukkan potensi yang menjanjikan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang lingkungan dan efisiensi energi, permintaan terhadap mobil listrik diharapkan akan terus meningkat. Namun, perlu adanya strategi yang tepat untuk menghadapi depresiasi harga dan keterbatasan akses pembiayaan.
Dalam beberapa tahun ke depan, harapan besar ditempatkan pada pemerintah dan pelaku bisnis untuk memperkuat infrastruktur pendukung serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat mobil listrik. Dengan demikian, pasar mobil listrik bekas dapat berkembang secara lebih stabil dan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!