Ekonomi RI Kesulitan Capai 6% Jika Hanya Bergantung pada Permintaan Dalam Negeri

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Tantangan yang Dihadapi

Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 sebesar 5,4% dinilai cukup realistis. Namun, ambisi untuk mencapai pertumbuhan di atas 6% masih menjadi tantangan besar, terutama jika hanya mengandalkan permintaan domestik.

David Sumual, Chief Economist Bank Central Asia (BCA), menyatakan bahwa secara historis, pertumbuhan ekonomi di atas 6% hanya bisa dicapai ketika investasi tumbuh dengan laju dua digit atau harga komoditas global meningkat. Contohnya, pada periode 2011–2014, Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan di atas 6% karena adanya peningkatan investasi dan kenaikan harga komoditas.

Menurut David, untuk mencapai pertumbuhan di atas 6%, Indonesia perlu melakukan beberapa langkah penting. Pertama, mendorong arus investasi, khususnya dari luar negeri. Investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) memiliki peran krusial dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Kedua, efisiensi harus ditingkatkan melalui penurunan Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Saat ini, ICOR Indonesia berada di kisaran 6,2%–6,3%, jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam atau Malaysia yang hanya sekitar 3%. Artinya, Indonesia membutuhkan modal dua kali lipat untuk menghasilkan output yang sama. Oleh karena itu, produktivitas harus ditingkatkan.

Selain itu, reformasi struktural sangat penting dalam meningkatkan kepastian hukum, mengurangi hambatan birokrasi, serta menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif. Deregulasi terhadap regulasi yang tidak relevan juga harus dipercepat agar proses bisnis dapat berjalan lebih lancar.

Kesepakatan kerja sama perdagangan dan investasi dengan Uni Eropa yang baru saja ditandatangani dapat menjadi katalis untuk menarik investasi jangka menengah. Uni Eropa, yang menyumbang seperempat ekonomi global, memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika pemerintah dapat menarik komitmen investasi dari sana, hal ini bisa menjadi dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.

David menekankan bahwa kontribusi investasi terhadap perekonomian Indonesia saat ini masih sekitar 30%. Untuk mencapai pertumbuhan di atas 6%, proporsi investasi harus ditingkatkan menjadi sekitar 40%. Ia mengingatkan bahwa dulu, China berhasil tumbuh pesat karena porsi investasi hampir setengah dari PDB. Indonesia perlu belajar dari pengalaman tersebut.

Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan investasi, efisiensi, dan reformasi struktural menjadi kunci utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Keterlibatan pihak luar, seperti Uni Eropa, juga akan menjadi faktor pendukung yang penting. Masa depan ekonomi Indonesia bergantung pada kemampuan pemerintah dan pelaku bisnis dalam menjalankan strategi yang tepat dan berkelanjutan.