
Penjelasan Menteri Pemuda dan Olahraga Terkait Tudingan Keterlibatan Indonesia dalam Sanksi FIFA ke Malaysia
Menteri Pemuda dan Olahraga, Erick Thohir, secara tegas membantah adanya dugaan keterlibatan pihak Indonesia dalam sanksi yang diberikan oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) kepada Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM). Ia menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah mencampuri urusan internal negara lain, termasuk dalam hal politik maupun kebijakan dalam negeri.
“Kami tidak ikut campur dengan politik atau kebijakan masing-masing negara. Tapi mohon maaf kalau kami di Indonesia ingin olahraganya maju,” ujar Erick saat berbicara kepada para jurnalis setelah menghadiri rapat kerja dengan Komisi X DPR di Gedung Parlemen Senayan Jakarta pada Senin (29/9).
Tudingan tersebut muncul dari pernyataan Putra Mahkota Johor sekaligus pemilik klub sepak bola Johor Darul Ta'zim, Tunku Ismail Idris. Ia menyebutkan adanya dugaan keterlibatan pihak eksternal dalam pengambilan keputusan FIFA terkait sanksi terhadap FAM. Hal ini merujuk pada kasus pemalsuan dokumen tujuh pemain naturalisasi yang dilakukan oleh FAM.
Tunku Ismail juga menyentil pertemuan-pertemuan yang dilakukan di New York, Amerika Serikat (AS), belakangan ini. Pernyataannya terjadi menjelang agenda pertemuan antara Presiden FIFA Gianni Vincenzo Infantino dan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di New York pada Kamis, 25 September lalu. Pertemuan ini terjadi setelah Prabowo menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 23 September kemarin.
Erick Thohir menjelaskan bahwa pertemuan antara Presiden Prabowo dan Presiden FIFA hanya fokus pada perkembangan sepak bola Indonesia. Menurutnya, FIFA akan mendorong penyelenggaraan kejuaraan dunia U-15 dengan format pertandingan delapan lawan delapan sebagai bagian dari sistem pembinaan usia dini.
“Pembicaraan Bapak Presiden dengan Presiden Gianni jelas, Bapak Presiden bicara mengenai sepak bola Indonesia, tidak bicara mengenai negara lain,” tambah Erick.
Ia menekankan bahwa pertemuan antara Prabowo dan Presiden FIFA merupakan langkah Indonesia untuk membangun hubungan dengan tokoh-tokoh olahraga dunia. Erick juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo rencananya akan bertemu dengan International Olympic Committee (IOC) dan organisasi olahraga global lainnya.
Langkah membangun relasi internasional ini diharapkan dapat memicu peningkatan kualitas olahraga domestik menjadi lebih berkembang nantinya.
“Kami di Indonesia ingin olahraganya maju. Ingin sepak bolanya bagus, ingin bulu tangkisnya bagus, pencak silatnya mendunia, olahraga-olahraga kita ingin maju, ya kita harus lakukan itu,” ujar Erick. “Tapi kami tidak intervensi, tidak ikut campur isu-isu negara lain.”
Sanksi FIFA kepada Federasi Sepak Bola Malaysia
Komite Disiplin FIFA pada 26 September menjatuhkan sanksi kepada FAM dan tujuh pemainnya, yaitu Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomás Garcés, Rodrigo Julián Holgado, Imanol Javier Machuca, João Vitor Brandão Figueiredo, Jon Irazábal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano, terkait pemalsuan dokumen.
Ketujuh pemain tersebut tampil membela Malaysia saat melawan Vietnam pada laga putaran ketiga Kualifikasi Piala Asia AFC 2027 di Arab Saudi pada 10 Juni 2025. Setelah memeriksa seluruh bukti dalam proses yang sesuai aturan, Komite Disiplin FIFA menjatuhkan sanksi kepada pihak terkait. FAM dikenai denda sebesar 350 ribu franc Swiss (CHF), sementara ketujuh pemain masing-masing wajib membayar denda 2 ribu franc Swiss (CHF).
Selain itu, para pemain tersebut juga dijatuhi hukuman larangan mengikuti seluruh aktivitas sepak bola selama 12 bulan, terhitung sejak tanggal pemberitahuan keputusan. Di luar sanksi tersebut, FIFA juga akan melanjutkan pembahasan mengenai kelayakan ketujuh pemain untuk membela tim nasional Malaysia ke Tribunal Sepak Bola FIFA untuk diputuskan lebih lanjut.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!