
Aktivitas Erupsi Gunung Ile Lewotolok Terus Meningkat
Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus menunjukkan peningkatan aktivitas erupsi. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam periode Rabu (24/9/2025) pukul 00.00 Wita hingga 06.00 Wita, gunung tersebut mengalami letusan sebanyak 62 kali.
Setiap letusan berlangsung selama 47 hingga 71 detik, dengan amplitudo berkisar antara 14 hingga 34 mm. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, Yeremias Kristianto Pugel, menyebutkan bahwa setiap letusan menghasilkan asap putih dan kelabu dengan ketinggian antara 100 hingga 300 meter.
Selain itu, dalam periode yang sama juga terdeteksi sebanyak 42 kali gempa embusan dan dua kali gempa tektonik jauh. Secara visual, kondisi gunung terlihat jelas hingga kabut 0-I. Asap kawah bertekanan lemah teramati dengan warna putih dan intensitas sedang hingga tebal, dengan tinggi mencapai 20 hingga 100 meter di atas puncak kawah.
Kondisi Harian Warga Sekitar
Niko Masan, warga setempat yang berusia 30 tahun, menjelaskan bahwa aktivitas erupsi terjadi hampir setiap hari. "Kadang pagi, siang, dan malam. Kadang letusan disertai gemuruh dan abu vulkanik. Kami sudah pasrah pada alam," ujarnya.
Meski begitu, aktivitas warga di lereng gunung tetap berjalan normal. Namun, mereka tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan kondisi gunung. Salah satu kendala utama yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan air bersih. Sumber air yang biasa digunakan tercemar oleh abu vulkanik yang terbawa angin.
"Kami berharap bantuan air bersih didistribusikan secara rutin ke desa-desa yang terdampak erupsi," tambah Niko.
Perlu Bantuan Darurat
Warga setempat menginginkan adanya bantuan darurat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Selain air bersih, masyarakat juga membutuhkan perlindungan dari dampak abu vulkanik yang bisa membahayakan kesehatan dan lingkungan sekitar.
Pemerintah dan lembaga terkait diharapkan segera merespons situasi ini. Dengan meningkatnya aktivitas erupsi, diperlukan langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif, termasuk pengawasan intensif terhadap kondisi gunung dan distribusi bantuan kepada masyarakat.
Upaya Pemantauan dan Mitigasi
Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok terus melakukan pemantauan aktif terhadap segala perubahan di sekitar gunung. Data yang dikumpulkan melalui alat pendeteksi gempa dan sensor lainnya sangat penting untuk memprediksi potensi bahaya dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Selain itu, petugas juga memberikan edukasi kepada warga tentang cara menghadapi erupsi dan tindakan darurat yang harus diambil. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak panik dan dapat mengambil langkah yang tepat dalam situasi krisis.
Kondisi Lingkungan Akibat Erupsi
Erupsi Gunung Ile Lewotolok tidak hanya berdampak pada kehidupan manusia, tetapi juga pada lingkungan sekitar. Abu vulkanik yang menyebar dapat mengganggu ekosistem, mengurangi kualitas tanah, dan memengaruhi produksi pertanian.
Masyarakat yang tinggal di sekitar gunung, terutama di daerah dataran rendah, sering kali menjadi korban terbesar dari dampak erupsi. Oleh karena itu, perlu adanya program rehabilitasi dan pemulihan lingkungan yang berkelanjutan.
Kesimpulan
Aktivitas erupsi Gunung Ile Lewotolok terus meningkat, sehingga memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Dari sisi keamanan, pemantauan intensif dan pengelolaan risiko sangat penting. Dari sisi kemanusiaan, bantuan darurat seperti air bersih dan perlindungan kesehatan harus segera diberikan kepada warga terdampak.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat sendiri, diharapkan kondisi di sekitar Gunung Ile Lewotolok dapat segera stabil dan aman bagi semua pihak.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!