Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami penurunan sebesar 1,64% pada perdagangan kemarin, Senin (1/10), dengan berada di level Rp 7.500. Investor asing tercatat menjual saham BBCA pada Rabu (1/10) hingga mencapai nilai sebesar Rp 731,15 miliar. Pada pekan ini, investor asing melakukan transaksi jual bersih sebesar Rp 1,47 triliun, sehingga totalnya telah mencapai Rp 29,9 triliun. Harga saham BBCA turun hingga 22,48% sepanjang tahun ini.
Kinerja Keuangan dan Prospek Saham BBCA
Berdasarkan data kinerja keuangan hingga semester pertama 2025, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 29 triliun. Angka ini naik sebesar 8% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yaitu Rp 26,9 triliun. Pertumbuhan laba BCA didorong oleh penyaluran kredit yang meningkat sebesar 12,9% menjadi Rp 959 triliun per Juni 2025.
Pertumbuhan kredit BCA terutama dipengaruhi oleh segmen korporasi yang tumbuh sebesar 16,1% atau mencapai Rp 451,8 triliun per Juni 2025. Kredit komersial juga mengalami peningkatan sebesar 12,6% menjadi Rp 143,6 triliun, sedangkan kredit UKM meningkat 11,1% secara tahunan hingga mencapai Rp 127 triliun.
Sementara itu, kredit konsumer tumbuh lebih lambat dibandingkan segmen lainnya, yaitu sebesar 7,6% menjadi Rp 226,4 triliun. Di antara kredit konsumer, KPR mendominasi dengan pertumbuhan sebesar 8,4% menjadi Rp 137,6 triliun, sedangkan kredit kendaraan bermotor (KKB) tumbuh 5,2% menjadi Rp 65,4 triliun. Selain itu, outstanding pinjaman segmen konsumer lainnya seperti kartu kredit juga tumbuh sebesar 9,4% mencapai Rp 23,4 triliun.
Kualitas pinjaman BCA tetap terjaga dengan baik, ditunjukkan oleh rasio loan at risk (LAR) sebesar 5,7% pada semester I 2025, yang lebih baik dari 6,4% pada tahun sebelumnya. Rasio nonperforming loan (NPL) berada di tingkat 2,2%. Pencadangan NPL dan LAR juga memadai, masing-masing sebesar 167,2% dan 68,7%. Selain itu, BCA mencatat penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan meningkat sebesar 21,1% menjadi Rp 239,7 triliun per Juni 2025, yang setara dengan 24,9% dari total portofolio pembiayaan.
Dividen dan Rekomendasi Analis
BBCA rutin membagikan dividen besar kepada para pemegang sahamnya setiap tahun. Untuk tahun buku 2024, BBCA membagikan dividen tunai sebesar Rp 300 per saham, yang senilai Rp 37 triliun. Rasio dividen yang dibagikan oleh BBCA mencapai 67,4% dari laba sepanjang 2024 yang senilai Rp 54,8 triliun. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), dividen tunai dibagikan senilai Rp 250 per saham. Sebelumnya, BBCA juga telah membagikan dividen interim untuk tahun buku 2024 sebesar Rp 50 per saham pada Desember 2024, senilai Rp 6,16 triliun.
Menurut Senior Market Analyst PT Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, masih ada peluang kenaikan harga saham BBCA. Ia menyarankan target harga pertama saham BBCA berada di level Rp 8.100, lalu kedua di Rp 8.250, dan target harga ketiga di Rp 11.550. Sementara itu, support harga saham berada di level Rp 7.825 dan Rp 7.550. "Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan untuk accumulative buy BBCA di level area Rp 7.825–8.025," ujar Nafan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!