
Pergerakan Saham EMAS Pasca-IPO Mulai Tidak Stabil
Setelah euforia penawaran umum perdana (IPO) PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS) mulai menurun pada perdagangan hari kedua, Selasa (24/9), harga saham EMAS mengalami perubahan yang cukup signifikan. Awalnya, saham ini sempat mencapai level auto reject atas (ARA) di Rp4.500 per saham, namun kini laju EMAS berbalik arah dan bergerak secara volatil akibat aksi jual dari investor.
Harga Bergerak dengan Kenaikan yang Terbatas
Berdasarkan data RTI Business pukul 10.30 WIB, harga saham EMAS tercatat sebesar Rp3.770 per saham atau hanya naik 4,7% dibandingkan penutupan sebelumnya. Pada awal sesi perdagangan, harga saham sempat terkoreksi ke level Rp3.590, meskipun dibuka dengan lonjakan 25% hingga menyentuh Rp4.500.
Selama perdagangan pagi, sekitar 463,61 juta saham EMAS telah berpindah tangan dengan nilai transaksi mencapai Rp1,82 triliun. Kapitalisasi pasar perseroan pun tercatat sebesar Rp60,03 triliun.
Tekanan Jual Lebih Besar Dibanding Pembelian
Dalam orderbook, terlihat bahwa tekanan jual lebih besar dibandingkan pembelian. Antrean jual tercatat sebanyak 54.620 lot, sedikit lebih tinggi dibandingkan antrean beli yang berada di kisaran 50.182 lot. Kondisi ini memberikan tekanan terhadap pergerakan harga setelah sehari sebelumnya EMAS masih mampu bertahan di level puncak.
Performa Saat Debut IPO
Sebagai catatan, pada debut perdagangannya Senin (23/9), EMAS berhasil melonjak 25% ke posisi Rp3.600 per saham dari harga IPO Rp2.880. Saat itu, sebanyak 29,62 juta saham ditransaksikan dengan nilai mencapai Rp106,65 miliar.
Pengaruh Terhadap Emiten Lain
Tidak hanya saham EMAS yang tertekan, koreksi juga menjalar ke induk usahanya PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) serta emiten afiliasinya PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA). Sentimen dari aksi ambil untung investor membuat ketiganya tidak luput dari tekanan.
Harapan Pasar terhadap Kestabilan Saham
Kini, para pelaku pasar sedang menantikan apakah saham anyar milik konglomerat Garibaldi “Boy” Thohir tersebut mampu kembali stabil setelah euforia awal IPO mulai terkikis. Pergerakan harga yang tidak stabil ini menjadi perhatian utama bagi investor dan analis pasar. Mereka berharap adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang dapat memperkuat stabilitas harga saham dalam jangka panjang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!