IMF, JCR, dan OECD Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 di Bawah 5%

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia oleh JCR

Lembaga pemeringkat kredit Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada keseluruhan tahun 2025 diperkirakan akan melambat hingga di bawah 5% secara tahunan (yoy). Prediksi ini sejalan dengan proyeksi yang disampaikan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) serta International Monetary Fund (IMF), yang juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 5%.

Dalam publikasi JCR tanggal 22 September 2025, lembaga tersebut menyatakan bahwa rating kredit Indonesia tetap berada dalam kategori BBB+ dengan outlook stabil. Hal ini mencerminkan stabilitas perekonomian Indonesia, yang didorong oleh permintaan domestik serta utang yang terkendali.

Namun, basis penerimaan negara Indonesia masih terlihat lemah, meskipun pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat rata-rata 5% (yoy). Pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,03% (yoy) yang dipengaruhi oleh belanja rumah tangga dan belanja pemerintah selama tahun pemilu.

Meski pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2025 melebihi ekspektasi dengan angka 5,12% (yoy), JCR memproyeksikan laju pertumbuhan akan melambat pada keseluruhan tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor-faktor seperti penerapan tarif impor Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu penyebabnya. Permintaan ekspor diperkirakan akan melemah setelah kinerja neraca dagang meningkat signifikan akibat frontloading dari eksportir.

"Untuk keseluruhan 2025, pertumbuhan diperkirakan melambat ke kurang dari 5% akibat sudah lemahnya permintaan eksternal yang sebelumnya sudah diantisipasi akibat penerapan tarif resiprokal AS," demikian dikutip dari publikasi JCR.

Proyeksi Jangka Menengah

Di jangka menengah, JCR memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5% (yoy) didukung oleh kebijakan industri dan investasi pada infrastruktur. Dampak dari tarif impor AS terhadap perekonomian Indonesia juga menjadi perhatian JCR. Lembaga tersebut memprediksi defisit transaksi berjalan Indonesia akan semakin melebar sejalan dengan penerapan tarif impor AS.

Pada 2023, current account deficit RI melebar dari 0,1% menjadi 0,6% di 2024. Namun, Indonesia dinilai tetap resilien terhadap tekanan eksternal karena cadangan devisa yang masih berada di level US$150,7 miliar akhir bulan lalu atau setara dengan 6,3 bulan impor.

Kebijakan Fiskal dan Utang

Dari sisi fiskal, JCR menilai rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan tetap berada di level saat ini di tengah upaya konsolidasi fiskal dengan reformasi pajak serta revisi alokasi anggaran. Saat ini, rasio utang terhadap PDB sekitar 39%.

"JCR memperkirakan rasio utang bakal tetap berada di bawah 4% dalam jangka menengah," bunyi publikasi tersebut.

Tanggapan Pemerintah

Menanggapi publikasi JCR, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyambut baik keputusan JCR untuk mempertahankan rating kredit Indonesia dengan outlook yang stabil. "Ini adalah pengakuan penting atas ketahanan dan fundamental ekonomi kita, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, sehingga Indonesia dianggap masih menarik bagi para investor," jelas Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto.

Namun, Haryo menyebut pemerintah masih memiliki perkiraan lebih optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi 2025 yang masih bisa mencapai target 5,2% (yoy). Dorongan untuk pencapaian target itu baik dari sisi permintaan maupun pasokan.

Optimisme pemerintah juga berasal dari delapan program stimulus ekonomi dari pemerintah untuk memacu belanja masyarakat hingga akhir tahun ini. Nilainya lebih dari Rp16 triliun. "Di samping itu, pemerintah mengeluarkan paket ekonomi 8+4+5 untuk mendongkrak ekonomi di sisi demand. Selanjutnya diharapkan ekonomi akan bergerak dan multiplier effect berjalan dengan sendirinya," pungkas Haryo.