
Tekanan Internasional untuk Izinkan Jurnalis Masuk Gaza
Beberapa negara yang menjadi sekutu Israel mulai memberikan tekanan terhadap negara Zionis tersebut, dengan menuntut agar jurnalis internasional dan independen diizinkan masuk ke wilayah Gaza. Mereka juga mengkritik serangan-serangan yang dilakukan terhadap para jurnalis di kawasan tersebut, yang telah menewaskan ratusan dari mereka.
Sebanyak 27 negara telah menyatakan dukungan terhadap pernyataan yang menekan Israel untuk mengizinkan jurnalis internasional masuk ke Gaza. Pernyataan ini dirilis oleh Koalisi Kebebasan Media, sebuah kelompok antarpemerintah yang berupaya memperjuangkan hak dan perlindungan bagi para jurnalis di seluruh dunia.
Pada hari Kamis (21/8/2025), Inggris, Prancis, Jerman, Australia, dan Jepang termasuk dalam daftar negara-negara yang menandatangani pernyataan tersebut. Dalam pernyataannya, mereka mengecam serangan terhadap jurnalis dan menyerukan perlindungan bagi mereka yang bekerja di Gaza.
Para jurnalis internasional sejak awal konflik yang hampir dua tahun lalu dilarang untuk masuk ke Gaza secara independen. Meskipun beberapa jurnalis dibawa masuk oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), akses mereka tetap dibatasi dan diawasi ketat.
Menurut data yang dikumpulkan, setidaknya 192 jurnalis dan pekerja media telah tewas di Gaza, dengan sebagian besar dari mereka adalah warga Palestina. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mencatat bahwa perang di Gaza menjadi konflik paling mematikan bagi jurnalis yang pernah didokumentasikan.
Dalam pernyataannya, koalisi menyoroti bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di Gaza dan menentang segala upaya yang bertujuan membatasi kebebasan pers serta mencegah masuknya jurnalis. Mereka menegaskan bahwa menargetkan jurnalis secara sengaja tidak dapat diterima dan menyerukan investigasi serta penuntutan terhadap semua serangan yang terjadi.
Beberapa waktu lalu, terjadi serangan terhadap empat jurnalis Al-Jazeera, termasuk reporter Anas Al-Sharif, yang tewas dalam serangan yang ditujukan ke dekat Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza. Saat serangan terjadi, Sharif bersama koresponden lainnya, Mohammed Qreiqeh, Kameramen Ibrahim Zaher, dan Mohammed Noufal sedang berada di tenda khusus untuk jurnalis.
Selain itu, dua jurnalis freelance, Moamen Aliwa dan Mohammed Al-Khaldi, juga turut tewas dalam serangan tersebut. IDF mengonfirmasi bahwa mereka memang menargetkan Sharif, dengan tuduhan bahwa dia bertugas sebagai kepala sel teroris di Hamas. Namun, CPJ menilai bahwa Israel belum memberikan bukti yang cukup untuk mendukung klaim tersebut.
Al-Jazeera, tempat Anas Al-Sharif bekerja, juga membantah klaim Israel. Mereka menegaskan bahwa jurnalis mereka tidak terlibat dalam aktivitas teror atau militer apa pun. Hal ini menunjukkan adanya ketegangan antara pihak Israel dan organisasi media internasional, yang terus memperjuangkan kebebasan pers dan keselamatan jurnalis di kawasan konflik.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!