Ketua FIGC Peringatkan Italia: Boikot Lawan Israel Bisa Jadi Bumerang di Kualifikasi Piala Dunia 202

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Italia Menolak Seruan Boikot Laga Lawan Israel

Di tengah meningkatnya tekanan dari masyarakat dan aksi mogok nasional di Italia terkait situasi di Gaza, presiden Federasi Sepakbola Italia (FIGC), Gabriele Gravina, secara terbuka menolak seruan untuk memboikot pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Israel. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut akan menjadi sebuah "kesalahan besar".

Gravina menjelaskan bahwa konsekuensi dari boikot sangat jelas dan merugikan. Menurut aturan FIFA, jika Italia memboikot pertandingan, maka timnas akan dinyatakan kalah otomatis. Hukuman ini akan secara serius membahayakan peluang Italia untuk lolos ke putaran final Piala Dunia. Ironisnya, hasil dari boikot justru akan menguntungkan pihak lawan. Dengan mendapatkan kemenangan tanpa bertanding, posisi Israel dalam klasemen grup kualifikasi akan semakin kuat, sementara peluang Italia akan semakin tipis.

Konteks Sosial-Politik yang Memanas

Pernyataan Gravina muncul dalam konteks sosial-politik yang memanas di Italia. Serikat-serikat pekerja telah mengorganisir aksi mogok nasional untuk memprotes blokade di Gaza, yang menyebabkan lumpuhnya layanan publik. Gerakan ini menciptakan tekanan signifikan agar institusi Italia, termasuk sepakbola, mengambil sikap.

Seruan boikot di Italia ini merupakan cerminan dari gerakan yang lebih luas di tingkat global. Banyak pihak kini mendesak FIFA dan UEFA untuk menerapkan sanksi pembekuan terhadap Israel, serupa dengan sanksi tegas yang dijatuhkan kepada Rusia setelah invasi ke Ukraina pada 2022.

Arti Penting Pertandingan

Dari sisi olahraga, pertandingan yang dijadwalkan pada 14 Oktober di Udine ini memiliki arti krusial. Italia dan Israel saat ini bersaing ketat di Grup I kualifikasi, sama-sama menempati posisi kedua di bawah Norwegia. Hasil dari laga ini akan sangat menentukan bagi nasib kedua tim dalam perebutan tiket ke Piala Dunia.

Penolakan Terhadap Gagasan Boikot

Gravina dengan tegas menolak gagasan boikot, menekankan pada dampak praktisnya bagi timnas Italia. "Akan menjadi kesalahan besar jika kita berpikir bisa memboikot pertandingan melawan Israel," ujarnya. Ia kemudian merinci konsekuensi yang tak terhindarkan dari tindakan tersebut. "Kita akan dihukum kalah, yang berarti kita akan gagal lolos ke Piala Dunia, dan hasilnya hanya akan menguntungkan Israel."

Gravina juga berupaya memisahkan urusan olahraga dari politik, menyatakan bahwa tanggung jawab ada di level yang lebih tinggi. "Ada tanggung jawab politik, yang tentunya tidak bisa dibebankan kepada dunia olahraga... tanggung jawab tidak boleh ada pada Federasi, melainkan pada mereka yang posisinya lebih tinggi dari kita." Meski demikian, ia tetap menunjukkan sisi kemanusiaannya terhadap krisis yang terjadi. "Sebagai seorang manusia, saya merasa muak dengan semua yang kita saksikan. Tidak ada seorang pun yang bisa acuh terhadap perasaan penderitaan dan kesakitan ini."

Kehidupan Timnas Italia

Pertandingan antara Italia dan Israel ini bukan sekadar laga biasa, melainkan duel langsung antara dua tim yang memiliki poin sama dan berjuang untuk memperebutkan posisi kedua di grup kualifikasi. Kekalahan, baik di lapangan maupun karena sanksi, bisa berakibat fatal bagi ambisi Piala Dunia.

Italia memiliki trauma mendalam terkait kualifikasi Piala Dunia. Setelah menjadi juara dunia pada 2006, Azzurri secara mengejutkan gagal lolos ke dua edisi terakhir, yaitu Piala Dunia 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar. Kegagalan ini membuat FIGC sangat berhati-hati agar tidak mengulangi sejarah buruk tersebut.

Pada pertemuan pertama kedua tim di kualifikasi ini, yang berlangsung pada 8 September di Hongaria (sebagai lokasi netral), Italia harus berjuang keras untuk meraih kemenangan. Pertandingan berakhir dengan skor tipis 5-4, menunjukkan bahwa kekuatan kedua tim relatif seimbang.

Langkah Berikutnya

Langkah terdekat adalah pelaksanaan pertandingan kualifikasi itu sendiri. Sesuai jadwal dan pernyataan resmi dari FIGC, laga antara Italia dan Israel akan tetap dilangsungkan pada 14 Oktober di Udine, terlepas dari seruan boikot dan protes yang terjadi. Meski FIGC telah mengambil sikap, tekanan dari publik dan kelompok aktivis kemungkinan besar akan terus berlanjut. Bukan tidak mungkin akan ada demonstrasi atau aksi protes di sekitar stadion pada hari pertandingan, yang akan terus menjaga isu ini tetap menjadi sorotan media.

Pada akhirnya, keputusan untuk menjatuhkan sanksi skorsing terhadap sebuah negara anggota berada di tangan badan sepakbola dunia dan Eropa. Tekanan terhadap FIFA dan UEFA untuk mengambil tindakan terhadap Israel kemungkinan akan terus meningkat, dan keputusan mereka di masa depan akan menjadi penentu utama status partisipasi Israel di kancah internasional.