
Tren Industri Telekomunikasi di Tengah Persaingan Ketat
Industri telekomunikasi sedang menghadapi berbagai tantangan akibat penurunan rata-rata pendapatan per GigaByte (GB) yang disebabkan oleh promosi paket data yang marak dilakukan sepanjang bulan September 2025. Meskipun demikian, para analis menilai bahwa strategi ini masih bersifat taktis dan bertujuan untuk menjaga basis pelanggan. Secara keseluruhan, prospek jangka panjang sektor ini tetap positif.
Menurut laporan dari Mirae Asset Sekuritas, yield industri telekomunikasi pada September 2025 mengalami kenaikan sebesar 1,7% secara bulanan (month on month/MoM), setelah sebelumnya turun sebesar 0,4% pada Agustus 2025. Pemulihan ini terutama didorong oleh langkah Telkomsel yang mengurangi kuota dalam paket internet OMG!, sehingga meningkatkan yield sebesar 11,8% MoM.
Sementara itu, pesaing lainnya mempertahankan harga tanpa adanya perubahan. Hal ini mencerminkan sikap hati-hati di tengah tekanan ekonomi dan daya beli masyarakat yang lemah. Analis Equity Research dari Mirae Asset Sekuritas, Daniel Widjaja, menyebutkan bahwa persaingan saat ini lebih fokus pada paket internet berkecepatan tinggi dengan harga yang sangat rendah agar dapat menjangkau daerah kota tier-2 dan tier-3. Namun, strategi ini juga menyebabkan penurunan yield industri hingga 7,6% MoM pada September 2025.
Perkembangan Emisi dan Strategi Perusahaan
Dari sisi emiten, Kafi Ananta dan Erindra Krisnawan dari BRI Danareksa Sekuritas menilai bahwa operator telekomunikasi terus melakukan rasionalisasi portofolio dengan menyederhanakan produk dan fokus pada perpanjangan paket. Mereka menyoroti bahwa meski volatilitas yield jangka pendek dari promosi taktis tetap menjadi risiko jika berlangsung lama, namun secara keseluruhan, sektor ini tetap menarik.
Keduanya juga menghitung bahwa valuasi sektor telekomunikasi saat ini diperdagangkan di level EV/EBITDA 2025 sebesar 4,8 kali, atau minus 0,5 standar deviasi dari rata-rata lima tahun terakhir. TLKM tetap dipertahankan sebagai pilihan utama karena memiliki daya tarik kuat pada strategi penyederhanaan produk.
Penurunan valuasi ISAT baru-baru ini, yaitu 4,1 kali EV/EBITDA atau minus 1,3 standar deviasi lima tahun terakhir, mencerminkan ekspektasi pertumbuhan yang lebih konservatif. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mulai memperhatikan potensi risiko yang muncul dari kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Rekomendasi dan Target Harga
Mirae Asset Sekuritas tetap merekomendasikan rating overweight pada sektor telekomunikasi. Rekomendasi ini didukung oleh pemulihan yield data seluler dan tren kenaikan ARPU secara industri. Pilihan utama Mirae kini bergeser ke EXCL dengan target harga Rp 3.300 per saham. Penilaian ini didasarkan pada sinergi biaya yang dinilai mampu meningkatkan efisiensi dan mendorong pertumbuhan EBITDA lebih kuat.
Selain itu, perusahaan-perusahaan telekomunikasi terus berupaya untuk meningkatkan daya saing melalui inovasi produk dan strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran. Dengan peningkatan penggunaan internet dan digitalisasi yang semakin pesat, sektor ini diharapkan bisa terus berkembang meskipun menghadapi tantangan di masa depan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!