
Presiden Prabowo Subianto Berpidato di Sidang Umum PBB ke-80
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memberikan pidato dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 yang berlangsung di New York, Amerika Serikat. Pidato tersebut disampaikan di hadapan ratusan kepala negara dan perwakilan negara-negara anggota PBB. Sebelumnya, Presiden Brasil Lula Da Silva dan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga telah menyampaikan pidatonya.
Dalam pidatonya yang berlangsung kurang dari 30 menit, Presiden Prabowo menyampaikan lima poin utama yang menjadi prioritas Indonesia dalam menjalankan diplomasi internasional. Berikut penjelasannya:
Komitmen terhadap PBB dan Multilateralisme
Presiden Prabowo menekankan bahwa Indonesia tetap mempercayai institusi PBB sebagai wadah penting untuk menjaga perdamaian global. Ia mengingatkan bahwa PBB dibentuk setelah dampak Perang Dunia Kedua, sehingga memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keamanan, keadilan, dan kemerdekaan bangsa-bangsa. Selain itu, Indonesia akan terus mendukung PBB dengan berkontribusi melalui pasukan perdamaian dan bantuan keuangan.
Capaian Domestik dan Kontribusi Global
Dalam bagian lain dari pidatonya, Presiden Prabowo menjelaskan upaya Indonesia dalam mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs), termasuk pengentasan kemiskinan. Salah satu langkah strategis adalah meningkatkan produksi beras hingga swasembada. Bahkan, Indonesia siap membantu masyarakat Palestina dengan menyediakan beras atau ekspor beras. Ia juga menyatakan komitmen Indonesia untuk membangun sistem pangan mandiri, ramah lingkungan, dan menjadi lumbung pangan dunia.
Kesiapan Menjaga Perdamaian dan Resolusi Konflik
Bagian paling menonjol dari pidato Presiden Prabowo adalah pernyataannya tentang kesiapan Indonesia dalam menjaga perdamaian global. Ia menyatakan bahwa Indonesia siap mengirimkan pasukan perdamaian ke wilayah konflik seperti Gaza, Ukraina, Sudan, dan Libya. Jumlah pasukan yang siap dikirim mencapai 20 ribu orang. Selain itu, Indonesia juga bersedia memberikan bantuan keuangan secara nyata, bukan hanya retorika.
Perubahan Iklim dan Upaya Penanggulangan
Presiden Prabowo menyoroti dampak perubahan iklim terhadap Indonesia, khususnya kenaikan permukaan air laut yang terjadi setiap tahun. Untuk mengatasi hal ini, Indonesia membangun Giant Sea Wall sepanjang 480 km, meskipun proyek ini membutuhkan waktu yang cukup panjang. Selain itu, Indonesia berkomitmen untuk mencapai emisi nol pada 2060, melakukan reboisasi seluas 12 juta hektare, serta terus mengembangkan energi terbarukan.
Menolak Ketidakadilan Global
Presiden Prabowo dengan tegas menolak doktrin "might makes right" yang sering digunakan dalam hubungan internasional. Ia mengajak seluruh pemimpin dunia untuk bekerja sama dalam menyelesaikan konflik dan mencegah penderitaan rakyat, khususnya di wilayah seperti Gaza. Ia optimistis bahwa para pemimpin dunia dapat bertindak bijak, menahan diri, dan memiliki rasa kemanusiaan untuk mengakhiri kebencian dan kekerasan yang masih terjadi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!