Marie Curie: Peraih Nobel Pertama yang Mengubah Dunia Sains

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perjalanan Hidup Marie Curie, Ilmuwan Pionir yang Mengubah Dunia

Marie Curie adalah salah satu tokoh ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Ia lahir pada 7 November 1867 di Warsawa, saat itu masih bagian dari Kekaisaran Rusia. Semasa hidupnya, ia menjalani perjalanan panjang yang mengantarkan pada pencapaian luar biasa dalam bidang sains. Ia wafat pada 4 Juli 1934 di dekat Sallanches, Prancis.

Sebagai fisikawan kelahiran Polandia, Curie kemudian menjadi warga negara Prancis. Namanya terkenal sebagai penemu radiasi dan juga sebagai perempuan pertama yang berhasil meraih Hadiah Nobel. Bersama Henri Becquerel dan suaminya, Pierre Curie, ia dianugerahi Nobel Fisika pada 1903. Delapan tahun kemudian, tepatnya pada 1911, ia kembali mencatat sejarah dengan memenangkan Nobel Kimia sendirian. Sampai hari ini, ia tetap satu-satunya perempuan yang berhasil meraih Nobel di dua bidang berbeda.

Masa Kecil yang Penuh Tantangan

Marie Curie lahir dengan nama Marya Skłodowska. Kehidupannya masa kecil tidak mudah karena harus hidup dalam tekanan rezim Tsar Rusia yang berusaha menghapus kebudayaan Polandia. Orang tuanya, yang bekerja sebagai guru, hidup dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil. Ayahnya sering berpindah pekerjaan, membuat keluarga mereka tinggal di apartemen kecil yang semakin sempit.

Pada usia 11 tahun, ia kehilangan ibunya akibat tuberkulosis, dan kakak perempuannya meninggal karena tifus. Meski begitu, semangat belajarnya tidak pernah padam. Sebagai remaja, ia membuat perjanjian dengan kakaknya, Bronya. Curie bekerja sebagai guru privat dan pengasuh selama enam tahun untuk membiayai pendidikan Bronya di sekolah kedokteran di Paris. Setelah itu, Bronya berjanji akan membantu biaya kuliah Curie.

Pada usia 24 tahun, Curie akhirnya bisa menempuh pendidikan di Universitas Sorbonne, Paris. Saat itu, ia tidak bisa berkuliah di Universitas Warsawa karena pemerintah Rusia melarang perempuan masuk perguruan tinggi. Meskipun awalnya merasa kurang siap, ia justru menemukan gairah baru. “Rasanya seperti dunia baru terbuka untukku, dunia sains, yang akhirnya bisa aku pelajari dengan kebebasan penuh,” ujarnya.

Kontribusi Ilmiah yang Luar Biasa

Perubahan besar dalam kehidupan Curie terjadi ketika ia menikah dengan Pierre Curie pada 1895. Bersama suaminya, mereka menemukan dua unsur baru, yaitu polonium dan radium. Atas penelitian tentang radiasi, mereka bersama Henri Becquerel meraih Nobel Fisika pada 1903, menjadikannya perempuan pertama yang memenangkan Nobel.

Prestasinya terus berkembang. Pada 1906, ia menjadi profesor fisika perempuan pertama di Sorbonne. Tiga tahun kemudian, ia memperoleh laboratorium sendiri di Universitas Paris, dan pada 1911 kembali meraih Nobel, kali ini di bidang Kimia. Hingga kini, ia tetap menjadi satu-satunya tokoh yang memenangkan Nobel di dua bidang ilmu berbeda.

Selain berkontribusi pada perkembangan sains, Curie juga memanfaatkan penelitiannya untuk kemanusiaan. Unsur radium dan polonium yang ditemukannya memiliki sifat radioaktif, di mana atom-atomnya memancarkan sinar tak kasatmata yang bisa menembus benda padat. Pengetahuan ini kemudian digunakan untuk mengembangkan teknologi sinar-X yang lebih kuat dan akurat dalam melihat bagian dalam tubuh manusia.

Pengabdian untuk Kemanusiaan

Pada masa Perang Dunia I tahun 1914, Curie bahkan menciptakan unit mobil sinar-X portabel yang bisa dibawa langsung ke rumah sakit medan perang di Prancis. Unit ini dikenal dengan sebutan Little Curies. Sebagian besar operatornya adalah perempuan yang dilatih langsung oleh Curie, sehingga para dokter bisa lebih mudah mendeteksi luka parah, seperti patah tulang atau peluru yang bersarang di tubuh tentara.

Warisan yang Tak Pernah Hilang

Usai perang berakhir pada 1918, Curie kembali menekuni risetnya di laboratorium. Namun, sifat radioaktif yang menjadi fokus penelitiannya membawa risiko besar. Paparan radiasi dalam jangka panjang akhirnya menyebabkan penyakit yang merenggut nyawanya pada 4 Juli 1934.

Meski demikian, warisan Curie tidak pernah hilang. Ia membuktikan bahwa perempuan mampu menorehkan pencapaian besar dalam dunia sains yang pada masa itu didominasi laki-laki. Hingga kini, sosoknya terus menginspirasi generasi baru ilmuwan di seluruh dunia untuk menggunakan pengetahuan mereka demi kebaikan umat manusia.