Narasi Viral: "Cewek Bisa Segalanya, Tapi Tidak Bisa Cari Cowok Bener", Ini Penjelasan Psikolog

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perempuan yang Bisa Segalanya, Tapi Tidak Bisa Memilih Laki-Laki yang Benar

Sebuah twit yang menyebutkan bahwa perempuan jaman sekarang bisa melakukan berbagai hal seperti memasak, merias wajah, dan mencari penghasilan, namun tidak mampu memilih pasangan yang tepat, viral di media sosial. Twit tersebut diunggah oleh akun X @emak*** pada Sabtu (23/8/2025). Isinya menunjukkan rasa bingung terhadap keadaan yang terjadi.

"Perempuan jaman sekarang tuh kenapa ya, padahal masak bisa, make up bisa, cari duit juga bisa. Tapi giliran cari cowo yang benar gabisa," tulisnya dalam twit tersebut. Hingga Senin (25/8/2025), twit itu telah disukai sebanyak 24.000 kali dan ditayangkan oleh 964.100 pengguna X lainnya.

Pertanyaannya adalah mengapa banyak orang menganggap perempuan yang bisa segalanya tetap tidak mampu memilih laki-laki yang benar? Hal ini menjadi topik diskusi yang menarik, khususnya dari sudut pandang psikologis dan budaya.

Penyebab Stereotip Perempuan Tidak Bisa Memilih Laki-Laki yang Benar

Psikolog dan dosen Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang membuat stereotip ini muncul di masyarakat. Salah satunya adalah peran perempuan dalam mengatur kemampuan diri sendiri.

Menurut Ratna, stereotip ini muncul karena pandangan bahwa perempuan memiliki beberapa kelebihan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti karier dan urusan rumah tangga, tetapi masih dianggap kurang mampu dalam membuat keputusan tentang pasangan hidup.

Ia menjelaskan bahwa anggapan ini berakar pada pandangan bahwa perempuan lebih fokus pada peran domestik. Akibatnya, kemampuan mereka dalam mengambil keputusan rasional soal hubungan sering dipandang sebelah mata.

Selain itu, faktor budaya dan pola asuh juga berperan besar dalam membentuk pandangan tersebut. Dalam budaya yang masih patriarkis, perempuan sering diharapkan untuk lebih patuh dan tidak terlalu banyak mempertanyakan keputusan laki-laki. Sementara, pola asuh yang menekankan peran domestik pada perempuan juga dapat memperkuat stereotip patriarki tersebut.

Dampak Psikologis dari Stereotip "Tidak Pintar Memilih Laki-Laki"

Ratna menambahkan bahwa jika stereotip ini terus-menerus diberikan kepada perempuan, maka akan menimbulkan dampak psikologis. Beberapa dampak tersebut antara lain:

  • Kurangnya kepercayaan diri: Perempuan bisa merasa kurang percaya diri dalam membuat keputusan tentang hubungan dan pasangan, meskipun mereka sukses di bidang lain.
  • Rasa tidak aman: Perempuan dapat merasa tidak aman dalam hubungan dan pasangan, karena mereka merasa bahwa mereka tidak dapat membuat keputusan yang tepat.
  • Stres dan kecemasan: Perempuan dapat mengalami stres dan kecemasan yang lebih tinggi dalam hubungan dan pasangan, karena mereka merasa harus memenuhi harapan orang lain.
  • Kesulitan dalam mengembangkan hubungan yang sehat: Perempuan bisa mengalami kesulitan dalam mengembangkan hubungan yang sehat dengan pasangan, karena mereka merasa bahwa mereka tidak dapat membuat keputusan yang tepat atau bahwa mereka tidak cukup baik.

Dalam konteks anggapan bahwa perempuan "pintar" secara karier dan urusan rumah tangga, tapi kurang pintar memilih pasangan, Ratna menambahkan bahwa perempuan bisa saja merasa bahwa mereka harus membuktikan diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan, namun masih dianggap kurang mampu dalam membuat keputusan tentang hubungan.

Jika pembuktian itu harus dilakukan, maka dapat memperkuat stereotip dan membatasi potensi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.