
Penampilan Presiden Prabowo dalam Sidang Umum PBB
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memberikan pidato perdana pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (23/9/2025). Dalam kesempatan tersebut, ia tampil dengan penampilan yang sangat memperhatikan detail dan simbol-simbol kebangsaan.
Presiden tampak mengenakan setelan jas biru tua lengkap dengan dasi biru dan kemeja berwarna sama. Di bagian dada jasnya tersemat pita merah putih serta pin lambang resmi negara. Penampilannya juga dilengkapi dengan peci hitam yang menjadi ciri khas budaya Indonesia. Di depan podium, Presiden berbicara dengan dua mikrofon yang tersedia, sambil ditemani oleh sejumlah pemimpin dunia.
Ekspresi wajah Presiden terlihat sangat serius, namun tetap penuh semangat saat menyampaikan pidatonya. Ia menekankan pentingnya solidaritas, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia sebagai fondasi bagi perdamaian dan kemakmuran dunia.
“Kita berbeda ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul bersama hari ini sebagai satu keluarga manusia. Kita di sini, pertama dan terutama, sebagai sesama manusia, masing-masing diciptakan setara, dianugerahi hak yang tidak dapat dicabut untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan,” ujarnya di depan forum internasional tersebut.
Nilai-Nilai Universal yang Menginspirasi
Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan bahwa nilai-nilai universal yang terkandung dalam Deklarasi Kemerdekaan dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah menginspirasi bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia, dalam memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan. Menurutnya, kredo “semua manusia diciptakan setara” adalah fondasi moral yang harus terus dijaga untuk mewujudkan martabat dan kemakmuran global.
“Kata-kata Deklarasi Kemerdekaan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menginspirasi gerakan-gerakan demokrasi di berbagai benua, termasuk Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, Revolusi Meksiko, Revolusi Tiongkok, dan perjuangan serta perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. Deklarasi ini juga melahirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948. Semua manusia diciptakan setara,” katanya.
Tantangan yang Masih Menghantui Dunia
Meski dunia telah mencapai kemajuan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, Prabowo mengingatkan bahwa tantangan besar masih membayangi umat manusia. Era kejayaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini mampu mengakhiri kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan. Namun, ia menyoroti adanya tantangan dan ketidakpastian yang berat dan berbahaya saat ini, seperti kebodohan manusia yang dipicu oleh rasa takut, rasisme, kebencian, penindasan, dan apartheid yang mengancam masa depan kita bersama.
Pengalaman Indonesia dalam Kolonialisme dan Penindasan
Presiden juga menyampaikan pengalaman pahit bangsa Indonesia yang selama berabad-abad berada di bawah kolonialisme, penindasan, dan perbudakan. Ia menjelaskan bahwa bangsa Indonesia pernah merasakan hidup dalam perlakuan yang tidak setara.
“Kami, bangsa Indonesia, tahu apa artinya diabaikannya keadilan, dan apa artinya hidup dalam apartheid, hidup dalam kemiskinan, dan diabaikannya kesempatan yang sama,” ujarnya.
Namun, ia menegaskan bahwa Indonesia juga merasakan makna solidaritas internasional. Dalam perjuangan menuju kemerdekaan dan mengatasi kelaparan serta kemiskinan, PBB hadir memberikan dukungan penting melalui berbagai lembaga, termasuk UNICEF, FAO, dan WHO.
“Kami juga tahu apa yang dapat dilakukan solidaritas dalam perjuangan kemerdekaan kami, dalam perjuangan kami untuk mengatasi kelaparan, penyakit, dan kemiskinan. Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri bersama Indonesia dan memberi kami bantuan penting,” pungkasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!