Penjelasan BGN, Ikan Hiu Jadi Menu MBG

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penjelasan WAKIL Kepala Badan Gizi Nasional Terkait Ikan Hiu dalam Menu Makan Bergizi Gratis

Sebuah kejadian yang mengejutkan terjadi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, ketika 20 murid dan guru Sekolah Dasar Negeri 12 Benua Kayong mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu makan bergizi gratis (MBG). Dalam peristiwa ini, ikan hiu menjadi bahan makanan yang ditemukan dalam daftar menu MBG. Hal ini memicu pertanyaan mengenai alasan pemanfaatan ikan hiu sebagai bagian dari program tersebut.

Nanik Sudaryati Deyang, Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), menjelaskan bahwa lembaganya belum dapat memastikan penyebab pasti dari kejadian keracunan tersebut. Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa pemilihan ikan hiu sebagai salah satu menu MBG didasarkan pada prinsip penggunaan makanan sesuai dengan kearifan lokal wilayah setempat. Menurutnya, jika suatu daerah memiliki kebiasaan atau sumber daya alam tertentu, maka makanan tersebut bisa digunakan sebagai alternatif dalam program MBG.

“Jadi, kenapa ada menu hiu, karena kan judulnya kearifan lokal. Kalau misalnya di wilayah ini paling banyak adalah tongkol, yang kami gunakan,” ujar Nanik dalam konferensi pers yang berlangsung di Artotel Kota Wisata Cibubur, Bogor, Jawa Barat, pada Kamis, 25 September 2025.

Ia juga menegaskan bahwa BGN akan segera meninjau kembali penggunaan ikan hiu sebagai menu MBG jika terbukti bahwa keracunan yang terjadi disebabkan oleh konsumsi ikan tersebut. “Kalau sudah terbukti dan diidentifikasi sebagai hal yang membuat keracunan, kami enggak akan pakai (ikan hiu) di wilayah itu,” tambahnya.

Nanik juga menyoroti adanya perbedaan antara kasus keracunan dan alergi makanan. Menurutnya, tidak semua gejala yang muncul setelah makan dapat dikategorikan sebagai keracunan. Contohnya, beberapa anak mungkin mengalami alergi terhadap makanan tertentu seperti udang atau mayonaise.

Menurut Komisaris Independen PT Pertaminan ini, sekolah maupun Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG telah memiliki daftar anak yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu. Data ini biasanya dikumpulkan sebelum makanan didistribusikan kepada siswa. Namun, dalam kasus ini, terdapat laporan bahwa beberapa sekolah tidak secara ketat memperhatikan data alergi tersebut.

Keracunan MBG yang terjadi di SDN 12 Benua Kayong, Ketapang, terjadi dua hari sebelum konferensi pers tersebut. Dalam kejadian ini, dugaan besar mengarah pada konsumsi ikan hiu yang tercantum dalam menu MBG. Mitra MBG yang bertanggung jawab di sekolah ini adalah Dapur Mitra Mandiri 2.

Kejadian serupa semakin meningkat selama bulan September 2025. Berdasarkan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), jumlah korban keracunan MBG per 21 September 2025 mencapai 6.452 orang. Angka ini meningkat sebesar 1.092 kasus dibandingkan data JPPI satu pekan sebelumnya. Hal ini menunjukkan pentingnya peningkatan pengawasan dan pendekatan yang lebih hati-hati dalam penerapan program MBG di berbagai daerah.