
Proyeksi Kenaikan Rupiah terhadap Dolar AS
Pada hari ini, Senin (29/9), nilai tukar rupiah diproyeksikan mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat. Hal ini didorong oleh kondisi data ekonomi di AS yang memengaruhi pergerakan dolar. Menurut analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, penguatan rupiah ini terjadi karena data inflasi AS yang sesuai dengan perkiraan.
Data Inflasi AS pada Agustus 2025 menunjukkan bahwa harga Personal Consumption Expenditures (PCE) naik sebesar 2,9% secara tahunan atau year on year (yoy). Menurut Lukman, angka ini memberikan peluang bagi Bank Sentral AS (The Fed) untuk menurunkan suku bunga. Selain itu, indeks dolar AS juga mengalami tekanan akibat sentimen konsumen yang direvisi lebih rendah dari yang diharapkan.
Perkembangan Harga Emas dan Kondisi Rupiah
Harga emas Antam pada hari ini, 29 September 2025, mengalami kenaikan. Buyback emas juga melampaui Rp 2 juta per gram. Sementara itu, masyarakat juga menyaksikan berbagai informasi terkini seperti kebijakan Sri Mulyani yang menerima uang pensiun dan tabungan hari tua setelah tidak lagi menjabat sebagai menteri. BCA Mobile dan MyBCA juga mengalami gangguan teknis pagi ini, namun manajemen BCA telah memberikan penjelasan resmi.
Lukman mengungkapkan bahwa rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp 16.650 hingga Rp 16.750 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada level Rp 16.651 per dolar AS, menguat sebesar 86,5 poin atau 0,52% dari penutupan sebelumnya.
Perspektif Pengamat Ekonomi
Di sisi lain, pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi menyatakan bahwa masih ada kemungkinan pelemahan rupiah dalam perdagangan hari ini. Ia menjelaskan bahwa rupiah cenderung fluktuatif tetapi ditutup melemah pada kisaran Rp 16.730 hingga Rp 16.800 per dolar AS.
Menurut Ibrahim, kebijakan Presiden AS Donald Trump masih menjadi faktor yang memengaruhi pergerakan dolar AS dan nilai tukar rupiah. Trump terus menginginkan penurunan suku bunga AS hingga mencapai 2%. Namun, ia mengakui bahwa The Fed, khususnya Ketua Jerome Powell, cenderung mengabaikan seruan tersebut.
Dampak Geopolitik terhadap Pasar
Selain itu, situasi geopolitik juga turut memengaruhi pasar. Serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia memicu Moskow untuk membatasi ekspor bahan bakar. Hal ini hampir menghentikan produksi minyak mentah. Perubahan ini dapat memengaruhi harga minyak global dan berdampak pada stabilitas nilai tukar berbagai mata uang, termasuk rupiah.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!