
Rupiah Melemah di Awal Perdagangan Hari Ini
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Rabu (24/9/2025). Penguatan dolar AS terjadi bersamaan dengan penurunan beberapa mata uang lain di kawasan Asia. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah berada pada level Rp16.694 per dolar AS atau turun 0,04% pada pukul 09.06 WIB. Sementara itu, dolar AS menguat sebesar 0,07% menjadi 97,33.
Selain rupiah, sejumlah mata uang negara-negara Asia juga mengalami penurunan terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,09%, dolar Singapura turun 0,09%, dolar Taiwan merosot 0,03%, won Korea Selatan terkoreksi 0,03%, dan peso Filipina melemah 0,29%. Di sisi lain, rupee India turut melemah sebesar 0,50%, yuan China merosot 0,02%, ringgit Malaysia turun 0,03%, serta baht Thailand melemah 0,27% pada awal perdagangan hari ini.
Dolar AS Mengalami Pelemahan Sementara
Menurut laporan Reuters, dolar AS sempat melemah mendekati level terendah dalam hampir sepekan pada perdagangan Rabu (24/9/2025). Pelemahan tersebut terjadi karena para pelaku pasar memperkirakan akan ada dua kali lagi pemangkasan suku bunga AS tahun ini. Meskipun Ketua The Fed Jerome Powell menunjukkan sikap yang hati-hati terkait pelonggaran lebih lanjut.
Indeks dolar AS, yang mengukur kinerja mata uang AS terhadap enam mata uang utama, sempat mencapai 97,230 pada pukul 23.05 GMT. Sebelumnya, indeks tersebut menyentuh level terendah sejak Kamis lalu di 97,198. Indeks ini telah turun sebesar 0,5% sepanjang pekan ini karena ekspektasi adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis point (bps) pada masing-masing dari dua pertemuan kebijakan The Fed yang tersisa tahun ini.
Pemangkasan suku bunga berikutnya diperkirakan akan terjadi pada kuartal I/2026. Hal ini sesuai dengan perkiraan para pejabat The Fed setelah penurunan suku bunga acuan sebesar 25 poin pekan lalu.
Dolar Kembali Bangkit Setelah Pengumuman The Fed
Dolar sempat bangkit dari level terendah sejak awal 2022 di 96,224 setelah pengumuman The Fed dan konferensi pers oleh Jerome Powell. Pernyataan Powell dinilai kurang dovish dari ekspektasi pasar, mengingat kebutuhan untuk menopang pelemahan tajam di pasar tenaga kerja.
Dalam pernyataannya terbaru, Powell menyatakan bahwa bank sentral perlu terus menyeimbangkan risiko inflasi tinggi dengan pasar tenaga kerja yang melemah dalam setiap keputusan kebijakan berikutnya. Hal ini sejalan dengan komentar yang dia sampaikan pekan lalu. Dia menyebut dilema kebijakan ini sebagai situasi yang menantang.
“Pernyataan Powell tadi malam menegaskan pendekatan hati-hati bank sentral. Powell mengakui tidak adanya opsi kebijakan yang benar-benar bebas risiko,” kata James Kniveton, senior corporate forex dealer di Convera. “Dia memperingatkan bahwa pelonggaran yang terlalu dini dapat mengarah pada inflasi, sementara pengetatan moneter yang berlebihan bisa merusak prospek ketenagakerjaan.”
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!