
Rupiah Kembali Melonjak di Awal Pekan
Pada awal pekan ini, nilai tukar rupiah tercatat kembali menguat. Hal ini terjadi pada Senin (29/9/2025), di mana rupiah dibuka pada posisi Rp 16.648 per dolar AS. Penguatan ini mencapai sebesar 0,54% dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu yang berada di Rp 16.738 per dolar AS. Penguatan ini juga menjadi lanjutan dari reli rupiah dalam dua hari perdagangan terakhir.
Beberapa faktor turut memengaruhi penguatan rupiah. Salah satunya adalah tekanan terhadap dolar AS yang semakin terlihat di sesi Asia pagi hari. Pelaku pasar sedang menantikan rilis data ekonomi penting yang bisa memberi arah baru bagi kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Di sisi lain, isu penutupan sebagian operasional pemerintah (government shutdown) di AS juga menjadi fokus utama para pelaku pasar. Tanpa pengesahan anggaran oleh Kongres sebelum tahun fiskal berakhir pada Selasa, beberapa lembaga pemerintah akan berhenti beroperasi mulai Rabu, yaitu hari pertama tahun fiskal 2026.
Kondisi ini dapat mengganggu publikasi data penting, termasuk laporan ketenagakerjaan nonfarm payrolls yang dijadwalkan dirilis pada Jumat mendatang. Menurut Ray Attrill, Kepala Riset Valuta Asing National Australia Bank, jika terjadi government shutdown, kemungkinan besar data payrolls tidak akan dirilis. Ia menyatakan bahwa hal ini akan sulit untuk diperdagangkan karena ketidakpastian.
Attrill menekankan bahwa rapat The Fed baru akan dilaksanakan pada akhir Oktober. Ia berharap jika shutdown terjadi, tidak akan berlangsung lama agar data masih bisa dipublikasikan sebelum rapat The Fed. Ini menjadi hal yang sangat penting bagi pasar.
Dari sisi pasar valuta asing, dolar AS mengalami pelemahan terhadap yen Jepang sebesar 0,2%, sehingga membuat yen menguat menjadi 149,24 setelah sebelumnya sempat menguat lebih dari 1%. Sementara itu, euro naik 0,15% menjadi US$ 1,1717, dan sterling menguat tipis 0,11% menjadi US$ 1,3418.
Selain data tenaga kerja, pasar juga sedang menantikan rilis data lowongan pekerjaan, payroll swasta, dan PMI manufaktur ISM. Data-data ini akan menjadi indikator untuk mengukur kesehatan ekonomi AS.
Beberapa waktu terakhir, data kuat dari AS telah membantu menahan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang agresif. Saat ini, pasar memperkirakan ruang pelonggaran hanya sekitar 40 basis poin hingga akhir tahun. Hal ini menunjukkan bahwa prospek suku bunga AS masih relatif stabil meskipun ada tekanan dari berbagai faktor eksternal.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!