
Realisasi Investasi Hulu Migas Indonesia Capai USD 9,38 Miliar
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan bahwa realisasi investasi di sektor hulu migas Indonesia telah mencapai USD 9,38 miliar hingga Agustus 2025. Angka ini menunjukkan progres yang signifikan dalam menjalankan rencana pembangunan sektor energi nasional.
Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menyampaikan bahwa target investasi untuk seluruh tahun 2025 ditetapkan berada di kisaran USD 16,5 miliar hingga USD 16,9 miliar. Angka ini mencakup berbagai komponen seperti biaya modal (capital expenditure/capex), biaya operasional (operating expenditure/opex), eksplorasi, serta produksi. Dari angka tersebut, hingga bulan Agustus, realisasi investasi sudah mencapai sekitar USD 8,9 miliar.
Realisasi Eksplorasi yang Masih Jauh dari Target
Khusus untuk kegiatan eksplorasi, realisasi yang tercapai pada Agustus 2025 hanya sebesar USD 500 juta atau sekitar Rp 8,3 triliun. Angka ini baru mencapai sekitar 33 persen dari target keseluruhan tahun ini yang ditetapkan sebesar USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 24,4 triliun.
Djoko menjelaskan bahwa target eksplorasi pada tahun 2024 adalah sebesar USD 1,3 miliar. Untuk tahun 2025, targetnya meningkat menjadi USD 1,5 miliar. Namun, realisasi hingga Agustus masih tercatat hanya USD 500 juta. Hal ini menunjukkan adanya tantangan dalam proses eksplorasi yang memerlukan peningkatan perhatian dan dukungan lebih lanjut.
Pencapaian Komitmen Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Selain itu, pencapaian komitmen Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor hulu migas juga mencatatkan angka yang cukup menggembirakan. Sampai dengan Agustus 2025, TKDN mencapai 57,17 persen atau senilai USD 2,6 miliar. Angka ini mencakup komponen biaya barang jasa sebesar USD 4,46 miliar dan total nilai kontrak sebesar USD 5,06 miliar.
Djoko juga menyebutkan bahwa sejak tahun 2020 hingga 2025, industri pendukung migas dari dalam negeri telah mendapatkan kontrak senilai Rp 650 triliun. Rincian kontrak ini terbagi ke dalam beberapa sektor:
- Industri kesehatan mendapatkan kontrak senilai Rp 1,050 triliun (0,17% dari total nilai kontrak).
- Industri transportasi sebesar Rp 44,79 triliun (6,84%).
- Industri penyedia tenaga kerja mencapai Rp 33,9 triliun (5,22%).
- Industri perhotelan, catering, dan akomodasi sebesar Rp 14,74 triliun (2,3%).
- Industri asuransi senilai Rp 190,7 miliar (0,03%).
- Komoditas utama penunjang migas mencapai Rp 553 triliun (85% dari total nilai kontrak).
Kontribusi UMKM dalam Proyek Migas
Di samping itu, Djoko menyampaikan bahwa sejak 2025, sektor usaha kecil menengah (UMKM) telah berhasil memperoleh kontrak senilai Rp 35,4 triliun atau sekitar 8,12% dari total nilai kontrak. Ini menunjukkan bahwa UMKM semakin dilibatkan dalam proyek-proyek hulu migas, baik sebagai pelaku usaha maupun pemasok barang dan jasa.
Peningkatan partisipasi UMKM dalam sektor hulu migas tidak hanya memberikan dampak ekonomi lokal, tetapi juga membantu meningkatkan daya saing industri dalam negeri secara keseluruhan. Dengan dukungan yang tepat dan akses yang lebih luas, UMKM dapat menjadi bagian penting dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan sektor energi nasional.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!