Suhu NTT Capai 38°C, Wamen LH: Bukan Ancaman Lagi, Tapi Kenyataan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Suhu NTT Capai 38°C, Wamen LH: Bukan Ancaman Lagi, Tapi Kenyataan

Perubahan Iklim Menjadi Kenyataan yang Dirasakan

Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, menyampaikan bahwa krisis iklim bukan lagi ancaman di masa depan, melainkan sesuatu yang sudah dirasakan oleh masyarakat. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah dialog bersama tokoh agama dan masyarakat di Kuningan Barat, Jakarta Selatan, pada Senin (22/9/2025).

Diaz menekankan bahwa tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Di Kuwait, suhu mencapai 51°C, sedangkan di Nusa Tenggara Timur (NTT), suhu mencapai 38,4°C. Ia menegaskan bahwa lonjakan suhu ekstrem ini bukanlah bagian dari siklus alamiah seperti El Nino atau La Nina, tetapi lebih disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Diaz merujuk pada laporan Climate Central yang menyebutkan bahwa panas ekstrem di kota-kota Indonesia akibat emisi gas rumah kaca dan deforestasi.

“Panas ekstrem bukan karena gunung berapi atau siklus matahari, tetapi karena ulah manusia,” ujarnya. Diaz juga mengingatkan bahwa jika suhu bumi naik 2°C, es di kutub akan mencair dan permukaan laut bisa naik hingga 7 meter. Kajian dari Kementerian Kelautan dan Perikanan memperkirakan bahwa skenario tersebut dapat menenggelamkan sekitar 2.000 pulau di Indonesia pada 2050.

Tokoh Agama sebagai Kunci Kampanye Iklim

Untuk merespons krisis iklim, Kementerian Lingkungan Hidup menggandeng tokoh agama dan masyarakat dalam kampanye sadar lingkungan. Survei yang dilakukan oleh Purpose Climate Lab dan YouGov terhadap 3.000 Muslim di Indonesia menunjukkan bahwa ulama adalah pihak yang paling dipercaya publik dalam menyampaikan isu perubahan iklim.

“Yang paling berpengaruh untuk mereka waktu bicara climate change, yang pertama adalah ulama. Berdasarkan studi ini,” kata Diaz. Ia menambahkan bahwa ajaran agama-agama di Indonesia memiliki nilai-nilai pelestarian lingkungan. Dalam Islam, menanam pohon yang dimanfaatkan makhluk hidup dianggap sebagai amal jariyah. Dalam Kristen, kitab Imamat pasal 25 mengajarkan agar tanah diberi waktu istirahat. Dalam Tripitaka Buddha, menjaga hutan dan sumber air dianggap sebagai jasa yang terus tumbuh.

“Kita butuh menyelamatkan bumi, dan yang kita butuhkan adalah pemuka agama yang bisa memberikan jalan yang baik untuk kehidupan kita semua,” pungkasnya.

Tanda-Tanda Bumi Memanas

Beberapa indikator menunjukkan bahwa bumi semakin memanas:

  • Suhu tertinggi global 2024: Kuwait mencapai 51°C.
  • Suhu tertinggi Indonesia 2024: NTT mencapai 38,4°C.
  • Potensi pulau tenggelam 2050: Sebanyak ±2.000 pulau di Indonesia bisa terendam.
  • Target emisi Indonesia 2030: Penurunan 31,89 persen (mandiri), hingga 43,2% (dengan dukungan internasional).
  • Target pengelolaan sampah nasional: 100% pada 2029 (RPJMN).

Langkah-Langkah yang Dilakukan

Selain menggandeng tokoh agama, pemerintah juga melakukan berbagai langkah untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Salah satunya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan tokoh agama, diharapkan dapat tercipta kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Perubahan iklim bukan hanya menjadi masalah lingkungan, tetapi juga berdampak pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat untuk menjaga keberlanjutan bumi. Dengan pendekatan yang inklusif dan partisipatif, diharapkan dapat menciptakan perubahan yang nyata dan berkelanjutan.