Penyelidikan Kasus Keracunan Massal di Kecamatan Sebatik Tengah
Sebuah kejadian dugaan keracunan massal terjadi di Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Kejadian ini menimpa sekitar 82 korban yang diduga terkena dampak dari menu MBG (Makanan Berbasis Gizi) yang disajikan di tempat tersebut. Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan langsung menurunkan tim investigasi untuk menyelidiki penyebab kejadian ini.
Menurut keterangan Bupati Nunukan, Irwan Sabri, korban keracunan terdiri dari berbagai kalangan, termasuk balita, lansia, dan mayoritas anak-anak usia PAUD hingga SD. Semua korban berasal dari wilayah Sebatik Tengah. Menu MBG yang dikonsumsi oleh para korban dikelola oleh Yayasan Bina Pendidikan Yatim dengan penanggung jawab Eka Riskayadi, yang berada di Jalan H.B. Rahim, RT 8, Desa Sei Pancang.
Bupati Irwan Sabri meminta Dinas Kesehatan untuk mengambil sampel makanan dan muntahan dari korban untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah menu MBG yang disajikan beracun atau ada faktor lain yang menyebabkan keracunan.
“SPPG yang baru beroperasi dua hari di Kecamatan Sebatik Tengah, pasti kita nonaktifkan dulu sampai ada kejelasan apakah menu yang disajikan beracun atau ada faktor lainnya yang mengakibatkan puluhan anak keracunan,” ujar Irwan Sabri.
Proses Investigasi dan Pemeriksaan Laboratorium
Kepala Dinas Kesehatan Nunukan, Miskia, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengirimkan tim investigasi ke lokasi kejadian. Tim ini melakukan pemeriksaan terhadap SPPG (Sarana Pelayanan Pemenuhan Gizi) Sebatik Tengah, termasuk memeriksa masalah higienitas, kebersihan, cara penyimpanan, hingga pengolahan makanan.
Selain itu, Dinas Kesehatan juga mengambil sampel makanan yang dikonsumsi korban pada hari Selasa dan sampel muntahan pasien. Sampel makanan dikirim ke BPOM Tarakan, sedangkan sampel muntahan dikirim ke Lab Surabaya. Hal ini dilakukan karena Dinas Kesehatan Nunukan tidak memiliki fasilitas laboratorium yang memadai.
“Kita harus ingat, ini baru dugaan dan kita masih menunggu sampel laboratorium sebelum ada keputusan lebih lanjut,” kata Miskia.
Kondisi Korban dan Langkah Pencegahan
Para korban keracunan yang sempat dirawat di beberapa Puskesmas dan RSUD Pratama kini sudah dipulangkan dan dinyatakan pulih. Namun, pihak Dinas Kesehatan tetap memantau kondisi mereka agar tidak terjadi kasus serupa di masa depan.
Sementara itu, Dinkes juga akan memastikan kepemilikan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) bagi SPPG yang beroperasi. Hal ini menjadi bagian dari langkah pencegahan terhadap risiko keracunan yang bisa terjadi kembali.
Menu yang Diduga Menyebabkan Keracunan
Menu yang menjadi perdebatan panjang di kalangan masyarakat antara lain telur rebus sambal balado, tahu goreng, tumis wortel campur kol kubis, dan buah semangka. Menu tersebut disiapkan oleh Yayasan Bina Pendidikan Yatim dan disajikan sebagai bagian dari program MBG.
SPPG ini menyediakan 992 menu untuk anak-anak usia PAUD hingga SD di wilayah Sebatik Tengah. Namun, setelah kejadian ini, pihak yayasan belum memberikan komentar resmi atas dugaan keracunan yang terjadi.
Eka Riskayadi, penanggung jawab SPPG, menolak berkomentar saat dimintai tanggapan. Ia bahkan mematikan telepon dari wartawan dan mengabaikan pesan WhatsApp yang dikirim ke nomor pribadinya.
Dengan adanya kejadian ini, masyarakat dan pihak berwenang diharapkan dapat lebih waspada dalam memastikan keamanan dan kualitas makanan yang disajikan kepada anak-anak.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!