
Presiden AS Donald Trump Kecam Pengakuan Negara Palestina oleh Negara Barat
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengkritik langkah beberapa negara Barat yang mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Ia menilai tindakan tersebut sebagai "hadiah bagi Hamas" di tengah konflik berkepanjangan di Gaza. Pernyataan ini disampaikan oleh Trump dalam pidatonya pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (23/9/2025), waktu setempat.
Trump menekankan bahwa fokus dunia seharusnya adalah membebaskan para sandera yang masih ditahan di Gaza. Sejak serangan Hamas terhadap Israel yang memicu perang Gaza hampir dua tahun lalu, situasi di wilayah tersebut terus memburuk.
Dalam dua hari terakhir, Prancis, Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal secara resmi mengakui Palestina sebagai negara. Keputusan ini muncul dari kekecewaan terhadap tindakan Israel di Gaza serta upaya mencari solusi berupa dua negara. Namun, langkah ini juga memicu kemarahan dari Israel dan sekutunya, termasuk AS.
Trump menyatakan bahwa beberapa anggota forum PBB berupaya mengakui negara Palestina secara sepihak, yang menurutnya justru memberi hadiah besar kepada teroris Hamas atas kekejaman mereka. Ia menegaskan bahwa siapa pun yang benar-benar ingin perdamaian harus bersatu dalam satu pesan, yaitu pembebasan para sandera sesegera mungkin.
Pertemuan dengan Pemimpin Negara Muslim
Trump dijadwalkan bertemu para pemimpin dan pejabat dari sejumlah negara mayoritas Muslim, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Mesir, Yordania, Turki, Indonesia, dan Pakistan, pada Selasa (23/9/2025). Pertemuan ini bertujuan untuk membahas situasi Gaza.
Menurut laporan Axios, pembahasan akan mencakup pembebasan sandera, upaya mengakhiri perang, rencana penarikan militer Israel, serta tata kelola Gaza pasca-perang tanpa keterlibatan Hamas. AS juga mendorong negara-negara Arab dan Muslim untuk mengirim pasukan ke Gaza agar bisa mendukung penarikan Israel sekaligus menyokong dana transisi dan rekonstruksi.
Israel saat ini menghadapi kecaman global atas serangan militernya di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan setempat. Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melancarkan serangan darat besar-besaran ke Kota Gaza meskipun prospek gencatan senjata masih jauh.
Meskipun demikian, AS tetap menjadi sekutu terdekat Israel. Washington bahkan memboikot konferensi di New York pada Senin (22/9/2025) yang diprakarsai Prancis dan Arab Saudi, di mana puluhan pemimpin dunia menyuarakan dukungan terhadap pengakuan negara Palestina.
Tantangan dalam Proses Keanggotaan PBB
Meskipun semakin banyak negara mengakui Palestina, keanggotaan penuh di PBB tetap membutuhkan persetujuan Dewan Keamanan. AS, yang memiliki hak veto, selama ini kerap memblokir resolusi yang dinilai merugikan Israel.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres justru mendukung langkah pengakuan tersebut saat berbicara di Dewan Keamanan. Ia menyatakan bahwa jalur paling jelas menuju solusi dua negara adalah dengan adanya Israel dan negara Palestina yang merdeka, berdaulat, demokratis, layak, dan berkesinambungan. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!