Tumpukan Sampah Festival Pacu Jalur 2025 Mencapai 2 Ribu Ton

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Festival Pacu Jalur 2025 Tinggalkan Sampah yang Mengkhawatirkan

Festival Pacu Jalur 2025 yang diadakan di Tepian Narosa, Kuansing, berlangsung dengan meriah. Namun, kegembiraan acara tersebut juga meninggalkan dampak lingkungan yang tidak terduga. Selama lima hari penyelenggaraan, sekitar 2.000 ton sampah terkumpul di berbagai titik lokasi acara. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kuansing mencatat bahwa volume sampah yang dikelola selama festival meningkat tajam. Untuk menghadapi situasi ini, DLH memutuskan merekrut 130 petugas kebersihan tambahan serta mengerahkan seluruh armada pengangkut sampah yang ada.

Kepala DLH Kuansing, Deflides, menjelaskan bahwa semua sumber daya yang tersedia digunakan untuk memastikan kota tetap bersih setelah acara berakhir. "Seluruh armada kita kerahkan, dan ratusan petugas bekerja dari pagi hingga malam untuk memastikan kota tetap bersih pasca acara," ujarnya.

Sampah yang menumpuk banyak ditemukan di sekitar kawasan Tepian Narosa, Lapangan Limuno, serta ruas-ruas jalan utama seperti Jenderal Sudirman, Diponegoro, dan Imam Bonjol. DLH juga mengimbau masyarakat dan pengunjung festival untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan agar citra Kuansing sebagai tuan rumah festival internasional tetap terjaga.

"Kami telah menyebarkan 200 unit tempat sampah di kawasan Tepian Narosa selama Festival Pacu Jalur," ujarnya. Meski demikian, lonjakan jumlah pengunjung pada hari terakhir membuat timbulan sampah sulit dikendalikan. Timbulan sampah paling parah ditemukan di sekitar lapak-lapak pedagang.

Petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup terlihat bekerja ekstra, menyapu dan mengangkut sampah ke atas mobil pengangkut sejak pagi buta. Anak-anak sekolah mulai dari SMP hingga SMA pun turut serta dalam kegiatan pembersihan sampah di jalanan. ASN dari berbagai OPD juga ikut terlibat dalam pembersihan sampah di sejumlah titik.

Hal ini sesuai dengan instruksi Bupati Kuansing Suhardiman Amby. Bahkan Bupati Kuansing sendiri ikut serta membersihkan sampah dengan sapu. Meskipun begitu, volume sampah yang sangat besar membuat proses pembersihan memakan waktu lebih lama.

Pedagang Masih Berjualan Meski Waktu Sudah Berakhir

Sementara itu, para pedagang kaki lima masih nekat berjualan di sejumlah ruas jalan di Telukkuantan hingga Senin (25/8/2025) siang. Keberadaan pedagang itu terlihat di ruas Jalan Limuno Timur dan Jalan Merdeka. Padahal, batas waktu mereka telah berakhir seiring berakhirnya Festival Pacu Jalur.

Menurut Kabid Perdagangan Diskopdagrin Kuansing Yean Asnudi, para pedagang seharusnya sudah membongkar lapak mereka pada Minggu (24/8/2025) malam atau pukul 00.00 WIB, sehingga ruas jalan harus steril. Yean Asnudi menjelaskan bahwa pihaknya telah menyebarkan Surat Pemberitahuan bernomor 510/Diskopdagrin-Dag/2025/463 yang menyatakan pedagang harus membongkar lapak dagangannya dan dilarang berjualan di hari berikutnya.

Surat Pemberitahuan tersebut ditertibkan pada Jumat (22/8/2025) kemarin dan telah disampaikan ke para pedagang. Namun, ternyata masih ada yang masih berjualan.

Seorang pedagang sendal di Jalan Merdeka, Maswir, mengaku telah menerima surat pemberitahuan tersebut. Ia mengaku masih nekat berjualan karena masih ada pembeli yang datang. "Lagipula pada Festival Pacu Jalur kemarin sangat sepi. Tidak ramai pe beli, sementara kami telah bayar lapak Rp 200.000 per meter per segi," ujar pedagang asal Damasraya yang mengaku telah menyewa lapak seluas 2 meter per segi itu.

Maswir menjelaskan bahwa keuntungan jualan beli selama Festival Pacu Jalur hanya cukup untuk makan sehari-hari selama ia berjualan di Kuansing. Sementara keluarganya telah berharap ia pulang kampung membawa banyak untung. "Setiap tahunnya jualan beli menurun, jualan beli tidak lagi seramai dulu," ujarnya.

Maswir mengungkapkan, dua tahun lalu ia pernah membawa keuntungan hingga Rp 5 juta selama Festival Pacu Jalur. Namun pada 2024, ia membawa keuntungan sekitar Rp 3 jutaan. "Sekarang baru terkumpul Rp 1 jutaan, selama 5 hari berjualan," ujarnya.