5 Fakta Menarik Poksai Ekor Merah, Kecil Tapi Cantik

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penampilan Unik dan Karakteristik Poksai Ekor Merah

Poksai ekor merah, atau dalam nama ilmiahnya Trochalopteron milnei, adalah salah satu spesies burung yang menarik perhatian karena penampilannya yang mencolok. Burung ini termasuk dalam ordo Passeriformes dan famili Leiothrichidae. Pertama kali diidentifikasi oleh Armand David pada tahun 1874, poksai ekor merah memiliki empat subspesies yang berbeda berdasarkan lokasi geografis.

Secara ukuran, poksai ekor merah termasuk burung kecil dengan panjang tubuh sekitar 26—28 cm, rentang sayap 28—30 cm, dan bobot antara 66—93 gram. Meski ukurannya kecil, warna bulu yang dimiliki membuatnya sangat menonjol. Warna utama tubuhnya adalah abu-abu pucat, tetapi terdapat corak jingga di bagian kepala hingga punggung. Di sekitar paruh dan ujung ekor, terdapat warna hitam, sementara area sekitar mata agak keputihan. Ciri khas yang paling mencolok adalah corak merah cerah di separuh sayap dan ekor, memberikan kesan yang sangat menarik ketika dilihat di habitat alami.

Persebaran, Habitat, dan Makanan Favorit

Poksai ekor merah tersebar di sekitar Asia Timur dan Asia Tenggara. Wilayah perkembangan mereka meliputi China selatan dan timur, Laos, Myanmar, Thailand, serta Vietnam. Luas area persebaran mereka mencapai 2,72 juta km persegi. Burung ini lebih suka tinggal di dataran tinggi dengan ketinggian antara 610—2.500 meter di atas permukaan laut. Habitat favoritnya meliputi hutan tropis, hutan subtropis, padang rumput, dan semak belukar.

Poksai ekor merah tidak melakukan migrasi, sehingga selalu berada di tempat yang sama sepanjang tahun. Dalam hal makanan, mereka termasuk omnivora. Makanan utama mereka adalah serangga dan artropoda kecil seperti kumbang dan kelabang. Namun, mereka juga mengonsumsi buah dan beri-berian untuk melengkapi pola makan mereka.

Kehidupan Sosial dan Komunikasi

Dalam kehidupan sosial, poksai ekor merah biasanya hidup dalam kelompok kecil yang terdiri dari beberapa individu. Mereka mencari makan bersama dan saling memperingatkan ketika ada ancaman predator. Kadang-kadang, kelompok ini bergabung dengan spesies burung lain. Untuk berkomunikasi, mereka menggunakan suara kicauan yang mirip dengan tawa, sehingga mereka dikenal sebagai red-tailed laughingthrush dalam bahasa Inggris.

Selain itu, poksai ekor merah juga memiliki suara kicauan pendek untuk memanggil rekan mereka. Ketika musim kawin tiba, kelompok kecil akan terpisah agar setiap pasangan dapat menjaga anak-anak mereka. Pasangan poksai ekor merah sangat kompak dalam merawat sarang dan anak-anak. Sarang mereka dibuat dari rumput dan daun bambu, dengan ketinggian sekitar 1 meter dari permukaan tanah.

Sistem Reproduksi

Musim kawin poksai ekor merah terjadi antara April hingga Juni. Burung ini merupakan hewan monogami, artinya pasangan akan tetap bersama sepanjang hidup mereka. Burung betina umumnya menghasilkan 2—3 butir telur dalam satu musim kawin. Telur tersebut akan diinkubasi selama 17—18 hari, dengan kedua induk bergantian mengeraminya. Setelah menetas, anak poksai ekor merah akan tinggal di sarang selama 14—16 hari sebelum akhirnya bisa hidup mandiri.

Status Konservasi dan Ancaman

Menurut IUCN Red List, status konservasi poksai ekor merah masuk dalam kategori Least Concern. Meskipun populasi mereka terus menurun, belum sampai pada tahap yang mengkhawatirkan. Ancaman utama bagi spesies ini adalah fragmentasi dan kerusakan hutan akibat pembukaan lahan manusia. Hal ini menyulitkan mereka menemukan tempat tinggal yang nyaman.

Meskipun saat ini belum ada upaya konservasi khusus, penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara penggunaan lahan dan perlindungan lingkungan. Jika kerusakan habitat terus berlanjut, populasi poksai ekor merah dan hewan lain yang tinggal di habitat yang sama bisa semakin menurun. Oleh karena itu, kita perlu bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian ekosistem.