5 Kontainer Baterai Impor dari Filipina Terkontaminasi Radioaktif

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penemuan Kontaminasi Radioaktif di Produk Impor Indonesia

Beberapa waktu lalu, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan, berhasil mencegah masuknya sembilan kontainer yang terkontaminasi zat radioaktif Cesium 137 (Cs-137) ke Indonesia. Kontainer-kontainer tersebut tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan menjadi perhatian setelah alat Radiation Portal Monitor (RPM) menunjukkan adanya kenaikan nilai cacah radiasi di atas ambang batas.

Temuan ini berawal dari indikasi alarm yang muncul pada lima dari total sembilan kontainer. Dari dokumen yang diperiksa, diketahui bahwa kontainer tersebut berisi zinc concentrate powder, bahan baku yang biasa digunakan dalam produksi serbuk baterai, dan berasal dari Filipina. Menurut Ishak, Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Bapeten, unsur radioaktif alami seharusnya tidak memicu alarm di unit RPM.

Untuk memastikan akurasi hasil pengukuran, dilakukan pemeriksaan tambahan atau secondary inspection. Hasilnya menunjukkan bahwa lima kontainer yang memicu alarm menghasilkan paparan laju dosis radiasi hingga 210 kali lebih tinggi dari nilai laju dosis latar (ambien). Pemeriksaan lanjutan dengan alat identifikasi radionuklida membuktikan bahwa sumber paparan radiasi adalah nuklida Cs-137 yang ada di dalam kontainer.

Selain itu, dinding luar kontainer dinyatakan bebas dari kontaminasi, sehingga dipastikan bahwa kontaminasi berasal dari dalam kontainer. Untuk memastikan hal ini, tim Mobile Expert Support Team (MEST) melakukan tes usap. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap empat kontainer lainnya yang tidak memicu alarm di unit RPM.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea Cukai Tanjung Priok dan pihak importir akan segera memproses pengembalian seluruh kontainer terkontaminasi ke negara asalnya. Langkah ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan keselamatan produk yang masuk ke Indonesia.

Sebelumnya, kolaborasi antara Bapeten dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu juga berhasil mencegah masuknya produk impor terkontaminasi Cs-137 pada 11 September 2025. Pada kesempatan itu, kontainer yang terkontaminasi telah dikembalikan ke Filipina.

Tindakan yang Diambil untuk Mengatasi Masalah

Bapeten dan Bea Cukai terus meningkatkan pengawasan terhadap barang-barang yang masuk ke Indonesia, terutama yang berasal dari negara-negara dengan risiko tinggi. Alat-alat seperti RPM dan sistem pemeriksaan tambahan menjadi bagian penting dari proses ini. Selain itu, pemeriksaan melalui tes usap dan identifikasi radionuklida juga dilakukan untuk memastikan keakuratan data dan mencegah kemungkinan kesalahan.

Pengembalian kontainer yang terkontaminasi ke negara asal merupakan langkah penting dalam menjaga standar kualitas dan keamanan produk impor. Hal ini juga menjadi bentuk tanggung jawab pemerintah dalam memastikan bahwa masyarakat Indonesia tidak terpapar bahaya dari zat-zat berbahaya.

Peran dan Kewajiban Pihak Terkait

Badan Pengawas Tenaga Nuklir memiliki peran utama dalam mengawasi dan menilai risiko paparan radiasi. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua aktivitas yang berkaitan dengan bahan radioaktif sesuai dengan standar keselamatan. Sementara itu, Bea Cukai bertugas dalam mengawasi barang-barang yang masuk ke Indonesia, termasuk pemeriksaan dokumen dan pengujian fisik.

Kolaborasi antara kedua instansi ini menjadi kunci dalam mencegah masuknya produk berbahaya ke Indonesia. Proses pengujian yang ketat dan transparan juga diperlukan agar masyarakat dapat percaya pada sistem pengawasan yang ada.

Kesimpulan

Peristiwa penemuan kontaminasi Cs-137 di produk impor menunjukkan betapa pentingnya pengawasan terhadap barang yang masuk ke Indonesia. Dengan adanya alat deteksi dan prosedur pemeriksaan yang ketat, risiko paparan radiasi dapat diminimalkan. Langkah-langkah yang diambil oleh Bapeten dan Bea Cukai memberikan contoh bagaimana kerja sama antar lembaga dapat efektif dalam menjaga keamanan dan kesehatan masyarakat.