
Pengaruh Pengalaman Masa Kecil terhadap Pola Pengasuhan Anak
Pengalaman masa kecil ternyata memiliki dampak yang signifikan dalam cara seseorang mendidik anaknya kelak. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pola pengasuhan sering kali diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, termasuk dalam hal disiplin. Penelitian ini dipimpin oleh Asisten Profesor dari Nanyang Technological University, Setoh Pei Pei, dan menyoroti praktik disiplin secara fisik di Singapura.
Di negara ini, memukul anak masih menjadi hal yang umum meskipun tidak ditemukan di banyak negara lain. Banyak orang tua menganggap tindakan ini sebagai hal yang normal karena mereka juga pernah mengalaminya saat kecil. Menurut Setoh, norma-norma ini begitu kuat sehingga sering kali tidak dipertanyakan atau direfleksikan apakah sebenarnya benar-benar harus dilakukan.
Dampak Buruk Disiplin Fisik pada Anak
Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Acta Psychologica dan Child Protection and Practice, disiplin dengan cara fisik dapat menyebabkan kerusakan hubungan antara orang tua dan anak. Anak bisa merasa tidak dimengerti dan emosinya terganggu. Sebaliknya, disiplin ringan seperti menepuk telapak tangan atau pantat justru tidak menimbulkan masalah perilaku jangka panjang.
Setoh menjelaskan bahwa tidak ada penelitian berkualitas tinggi yang menemukan manfaat jangka panjang bagi anak yang mengalami disiplin fisik. Satu-satunya manfaat jangka pendek adalah kepatuhan langsung, yang bersifat sementara dan kalah dibandingkan efek negatif jangka panjang seperti gangguan perilaku, harga diri, hubungan orang tua-anak, serta kesehatan mental.
Persepsi tentang "Hukum Anak dengan Rotan"
Kepala unit penelitian di Singapore Children's Society, Dr Charlene Fu, menyatakan bahwa temuan Setoh sejalan dengan studi mereka pada tahun 2021. Mereka mewawancarai lebih dari 600 orang dewasa muda dan 700 orang tua, menemukan bahwa cara mendidik yang keras bisa menegangkan hubungan orang tua dan anak serta berdampak negatif pada kesehatan mental.
Manajer senior di Allkin Singapore, Ms Lim Hui Wen, menjelaskan bahwa disiplin fisik, terutama pemukulan dengan rotan, tradisionalnya dianggap sebagai bentuk "kasih sayang yang tegas". Tujuannya agar anak bisa hidup disiplin. Namun, ia menekankan bahwa batas antara disiplin fisik dan kekerasan sangat tipis. Jika anak mengalami luka, trauma emosional, atau psikologis, itu bukan lagi disiplin, melainkan kekerasan.
Pendekatan Assertive Discipline
Untuk menghindari hal tersebut, Ms Lim mendorong orang tua menerapkan prinsip assertive discipline, yaitu memberikan komunikasi yang jelas, menetapkan batasan secara konsisten, dan melakukan koreksi dengan cara yang lebih ramah.
Metode 3R untuk Membimbing Anak
Asisten direktur di Singapore Children's Society, Ms Nawal Adam Koay, merekomendasikan metode 3R untuk membimbing anak tanpa menggunakan cara keras. Metode ini bertujuan membantu anak belajar dengan cara yang lebih baik.
- Regulate: Membantu anak menenangkan diri dan mengatur emosinya. Dengan begitu, anak berada dalam kondisi yang siap belajar dan menerima arahan.
- Relate: Orang tua bisa mendengarkan anak dan menunjukkan empati untuk membangun rasa percaya diri pada anak.
- Reason: Membantu anak merenungkan tindakannya, belajar dari pengalaman, hingga mengambil keputusan dengan lebih bijak.
Dengan pendekatan ini, anak akan belajar lebih baik tanpa merasa diancam atau dihukum. Ini menjadi alternatif yang lebih sehat dan efektif dalam proses pengasuhan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!