Apakah Siswa Indonesia Paham Teks Sederhana?

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pentingnya Literasi dalam Pendidikan dan Peradaban

Kemampuan membaca dan memahami teks merupakan keterampilan yang sangat penting dalam proses belajar. Ini tidak hanya tentang menangkap informasi, tetapi juga mengintegrasikannya ke dalam pikiran dan memahami maknanya secara mendalam. Di negara-negara maju, kemampuan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun di negara berkembang seperti Indonesia, masih banyak tantangan yang harus dihadapi.

Perkembangan peradaban dan kemajuan suatu bangsa sering kali dimulai dari pendidikan dasar. Sekolah dasar menjadi fondasi utama dalam membentuk kemampuan literasi siswa. Sayangnya, fakta menyatakan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia masih berada di bawah 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak hal yang perlu diperbaiki agar anak-anak dapat lebih memahami teks dengan baik.

Beberapa pertanyaan muncul ketika melihat situasi ini. Mengapa siswa kesulitan memahami teks sederhana? Apakah karena cara pengajaran yang terlalu formal atau kurang menarik? Banyak siswa menganggap membaca sebagai tugas, bukan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Ketika sesuatu dianggap sebagai beban, maka akan sulit untuk dilakukan dengan penuh semangat.

Dalam beberapa film dan animasi yang saya tonton, saya selalu mencari apakah ada buku yang diselipkan dalam cerita. Contohnya, dalam anime Naruto, karakter Kakashi sering terlihat membaca buku karya Jiraiya. Hal ini menunjukkan bahwa budaya membaca sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Jepang. Kebiasaan ini sangat penting dalam mengembangkan pemahaman teks yang mendalam.

Literasi tidak hanya terbatas pada membaca buku. Ia juga mencakup kemampuan untuk mengekspresikan ide dalam bentuk tulisan, memahami simbol-simbol, serta berpikir kritis. Dalam konteks pendidikan, siswa yang belum terbiasa memahami teks sederhana akan kesulitan dalam menghadapi materi yang lebih kompleks.

Pemerintah telah mengadakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Namun, ANBK sendiri tidak cukup untuk menjadikan siswa melek makna. Masih banyak siswa yang mengikuti asesmen dengan terburu-buru dan tidak memahami soal secara mendalam.

Apakah ANBK akan meningkatkan literasi di kalangan siswa? Pertanyaan ini membutuhkan analisis yang lebih mendalam. Namun, jika kita melihat dari sudut pandang sederhana, apabila siswa mulai lebih menyukai buku dan memahami isinya, maka itu bisa menjadi indikasi peningkatan literasi. Begitu pula dengan kemampuan siswa untuk berpikir kritis terhadap tontonan di TikTok.

Siswa yang terbiasa memahami teks sederhana akan lebih tertarik pada teks yang lebih rumit. Contohnya, saat kita membaca novel dengan ending yang digantung atau teks berita yang terputus, kita pasti merasa penasaran. Ini menunjukkan bahwa pemahaman awal terhadap teks sangat penting.

Awal kebiasaan membaca saya dimulai dari cerita silat. Setelah itu, saya mulai tertarik pada novel "Bumi Cinta" karya Habiburrahman El-Shirazy. Buku ini membuat saya penasaran dan akhirnya membelinya. Pengalaman ini menunjukkan bahwa minat baca bisa muncul dari berbagai sumber.

Di sekolah pesantren, saya sering mengunjungi perpustakaan setelah selesai menanak nasi. Saya membaca berbagai jenis buku, baik fiksi maupun non-fiksi. Salah satu buku yang saya baca adalah karya Adian Husaini tentang liberalisme. Buku ini memperluas wawasan saya dan membuat saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang tokoh-tokoh seperti Cak Nur dan Ulil Abshar Abdallah.

Namun, tantangan terbesar saat ini adalah pengaruh aplikasi seperti TikTok. Aplikasi ini menawarkan hiburan instan, tetapi tidak selalu mendidik. Anak-anak cenderung lebih tertarik menonton video singkat daripada membaca buku. Akibatnya, otak mereka terbiasa dengan konten yang cepat dan tidak membutuhkan pemahaman mendalam.

Untuk meningkatkan literasi, guru harus menjadi contoh. Mereka perlu mengajarkan siswa cara membaca dan memahami teks. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pertanyaan yang tidak hanya terbatas pada "What", tetapi juga "Why" dan "How". Dengan demikian, siswa akan terbiasa berpikir kritis dan memahami makna teks secara mendalam.