
Penyebab Keracunan Massal Siswa MBG di Bandung Barat Terungkap
Hasil laboratorium terkait penyebab ribuan siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bandung Barat telah diungkap. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat, dr. Ryan Bayusantika Ristandi, menyampaikan bahwa ditemukan adanya bakteri dalam sampel makanan yang menjadi penyebab utama kejadian tersebut.
Bakteri yang ditemukan adalah Salmonella dan Bacillus cereus. Kedua jenis bakteri ini biasanya ditemukan dalam bahan makanan yang tidak diproses dengan benar atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis. Menurut Ryan, bakteri-bakteri tersebut berasal dari komponen karbohidrat dalam makanan yang disajikan sebagai bagian dari program MBG.
Waktu Penyajian Makanan Terlalu Lama
Salah satu faktor utama yang memicu pertumbuhan bakteri adalah rentang waktu penyajian makanan yang terlalu lama. Ryan menjelaskan bahwa jika makanan disimpan pada suhu ruang selama lebih dari enam jam tanpa pengawasan yang tepat, risiko tumbuhnya bakteri sangat tinggi.
Untuk mencegah hal ini, ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan dalam proses pengolahan makanan. Mulai dari kualitas air yang digunakan hingga higienitas petugas dapur. Makanan sebaiknya disimpan pada suhu di atas 60 derajat Celcius atau di bawah 5 derajat Celcius agar tidak mudah busuk.
Selain itu, pemasak juga diminta untuk menggunakan sarung tangan, pakaian bersih, serta memastikan tidak ada kontaminasi dari bahan lain. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan keamanan makanan yang disajikan kepada para pelajar.
Imbauan untuk Memperkuat Protokol Keamanan Pangan
Dinkes Jabar mengimbau semua pihak yang terlibat dalam program MBG untuk memperketat protokol keamanan pangan. Tujuannya adalah untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Tidak hanya di Bandung Barat, kasus keracunan juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, dengan sekitar 657 orang mengalami gejala serupa.
Program MBG yang seharusnya memberikan manfaat bagi kesehatan dan gizi siswa justru menjadi sumber masalah akibat kesalahan dalam proses pengolahan dan penyimpanan makanan. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan pengawasan dan evaluasi secara berkala.
Respons Pemerintah dan Langkah-Langkah yang Diambil
Kabar tentang keracunan massal ini telah sampai ke Presiden Prabowo. Ia langsung menginstruksikan untuk menutup sementara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bermasalah. Penutupan ini dilakukan guna melakukan evaluasi dan investigasi lebih lanjut terkait penyebab kejadian tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, memberikan beberapa poin penting yang akan dibahas dalam evaluasi. Salah satunya adalah sterilisasi alat makan dan perbaikan proses sanitasi, terutama kualitas air limbah. Zulhas menegaskan bahwa setiap SPPG wajib memiliki Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS).
Ia juga meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menginstruksikan puskesmas dan UKS agar aktif memantau SPPG secara rutin. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dapat yakin bahwa makanan yang disajikan aman dan bergizi.
Kesimpulan
Kasus keracunan yang menimpa ratusan siswa melalui program MBG menunjukkan pentingnya pengawasan dan pengelolaan pangan yang baik. Dari hasil laboratorium hingga rekomendasi pemerintah, semua langkah diambil untuk memastikan keamanan makanan di masa depan. Dengan perbaikan sistem dan peningkatan kesadaran akan higienitas, diharapkan kejadian serupa tidak akan terulang lagi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!