Pergerakan IHSG pada Awal Pekan
Pada awal perdagangan hari ini, Rabu (1/10/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan kenaikan sebesar 0,31% ke level 8.086,40. Penguatan ini terjadi di tengah pergerakan saham-saham yang terafiliasi dengan konglomerat seperti BRMS, RAJA, dan WIFI yang secara bersamaan menguat.
Menurut data RTI Business pukul 09.01 WIB, IHSG naik sebesar 25,34 poin atau 0,31% dari level sebelumnya. Rentang pergerakan indeks berada antara 8.069 hingga 8.091. Total volume perdagangan mencapai 1,15 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp717,90 miliar dan frekuensi perdagangan sebanyak 71.629 kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 324 saham menguat, 96 saham melemah, dan 182 saham stagnan. Kapitalisasi pasar Bursa mencapai Rp14.965 triliun.
Dari emiten konglomerat, saham BRMS milik Grup Bakrie dan Salim menguat sebesar 4,76% atau 40 poin ke posisi Rp880 per lembar. Saham RAJA milik Happy Hapsoro juga naik sebesar 5,99% atau 190 poin ke harga Rp3.360 per lembar. Sementara itu, saham WIFI milik Hashim Djojohadikusumo menguat sebesar 2,85% atau 80 poin ke harga Rp2.890 per lembar.
Di sisi lain, beberapa saham justru mengalami pelemahan. Saham BBNI turun sebesar 0,24% ke harga Rp4.090 per lembar, saham TINS melemah sebesar 1,25% ke harga Rp1.625 per lembar, dan saham AMMN susut sebesar 1,38% ke harga Rp7.125 per lembar.
Top Gainers dan Top Losers
Dalam daftar top gainers pagi ini, saham ASLI memimpin dengan kenaikan sebesar 34,33% ke level Rp90 per lembar. Disusul oleh saham OILS yang naik sebesar 24,62% atau 64 poin ke posisi Rp324 per lembar. Tak ketinggalan, saham ERTX juga menguat sebesar 20,47% ke harga Rp206 per lembar.
Sementara itu, daftar top losers pagi ini dihuni oleh saham MGLV, PEVE, dan TOSK dengan pelemahan masing-masing sebesar 9,40%, 8,63%, dan 7,92%.
Proyeksi Analis dan Sentimen Pasar
Sebelumnya, Tim analis MNC Sekuritas memproyeksikan bahwa IHSG berisiko melanjutkan pelemahannya ke level 7.894–7.959 pada perdagangan Rabu (1/10/2025). IHSG ditutup melemah sebesar 0,77% ke level 8.061 pada perdagangan Selasa (30/9/2025), yang masih didominasi oleh tekanan jual. Pergerakan indeks cenderung konsolidasi dalam jangka pendek.
Dalam skenario optimistis (label biru), IHSG masih berpeluang menguat membentuk bagian dari wave [iii] ke rentang 8.200–8.246. Namun, pada skenario sebaliknya (label hitam), IHSG rawan terkoreksi untuk menguji level 7.894–7.959. Level support IHSG saat ini berada di kisaran 8.005 dan 7.840, sementara level resistansi di 8.155–8.192.
Rekomendasi Saham dan Katalis Positif
MNC Sekuritas merekomendasikan beberapa saham untuk diperhatikan, antara lain AMRT, ENRG, HRTA, dan SMGR. Di sisi lain, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas David Kurniawan menilai IHSG berpeluang menguat sepanjang pekan ini. Ia menilai katalis positif datang dari kesepakatan dagang RI–Uni Eropa yang meningkatkan prospek saham eksportir.
Adapun, sentimen positif juga datang dari ekspektasi pelonggaran The Fed. Pasar optimistis bank sentral AS akan kembali memangkas suku bunga, yang berpotensi mendorong arus dana masuk ke emerging markets, termasuk Indonesia.
Kebijakan Fiskal dan Cukai Rokok
David menyoroti dua sentimen utama yang akan memengaruhi pasar pada periode 29 September–3 Oktober 2025. Pertama, kebijakan fiskal di bawah Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, terutama terkait disiplin defisit anggaran serta arah stimulus pemerintah. Kedua, kebijakan cukai rokok, di mana Purbaya memastikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) 2026 tidak akan naik, sesuai dengan permintaan industri rokok dan petani untuk moratorium beberapa tahun ke depan.
Perspektif Teknis dan Proyeksi IHSG
Secara teknikal, indikator Stochastic RSI bergerak ke arah pivot setelah mengalami death cross, sementara histogram MACD mulai melemah meskipun masih berada di area positif. IHSG juga masih mampu bertahan di atas level MA5.
Tim Riset Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi bergerak dalam rentang 7.980–8.170. Para investor akan mencermati data indeks manufaktur, neraca perdagangan, serta inflasi dalam negeri, sementara dari luar negeri fokus akan tertuju pada rilis data manufaktur, sektor jasa, dan tenaga kerja AS, termasuk ADP Employment, nonfarm payrolls, serta tingkat pengangguran, guna menilai kesehatan ekonomi AS dan arah kebijakan The Fed selanjutnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!