
Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan
Di tengah tuntutan pengelolaan sampah yang semakin mendesak, keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Di RT 8 RW 4, Kelurahan Latsari, Kecamatan Tuban, upaya pemilahan sampah dari rumah ke rumah terus dilakukan dengan semangat dan komitmen tinggi. Hal ini dilakukan melalui inisiatif yang dijalankan oleh tim Penguatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM) sebagai bagian dari Proyek Peningkatan Pengelolaan Sampah Regional dan Metropolitan (ISWMP).
Ketua RT 8, Hery Kurniawan, menjadi tokoh utama dalam menggerakkan perubahan perilaku warga. Dengan latar belakang di bidang lingkungan dan pengalaman bekerja di PT Semen Indonesia, ia memahami bahwa masalah sampah bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang pendidikan dan budaya. Dalam menjalankan tugasnya, Hery mengadopsi pendekatan ekopedagogi—sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan pengetahuan lingkungan dengan praktik nyata.
Pendekatan Edukasi dan Partisipasi Warga
Rapat bulanan RT tidak lagi hanya menjadi forum administratif, tetapi menjadi ruang belajar dan diskusi bersama. Hery rutin melakukan edukasi langsung dari rumah ke rumah, membimbing warga dalam memilah sampah, mengolah limbah organik menjadi kompos, serta memanfaatkan lahan sempit untuk menanam sayuran. Selain itu, ia juga menggagas pembangunan fasilitas komunal seperti kolam ikan yang memanfaatkan air sisa rumah tangga, serta komposter skala RT untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk bagi kebun warga.
Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan penuh masyarakat. Warga sangat antusias dan aktif dalam setiap kegiatan, mulai dari pemilahan sampah hingga menjaga kebersihan lingkungan. Bahkan, mereka juga berpartisipasi dalam memberikan ide-ide untuk pengembangan program lebih lanjut.
Capaian dan Potensi Masa Depan
Sejauh ini, sebanyak 37 kepala keluarga di RT 8 RW 4 telah aktif berpartisipasi dalam kegiatan pemilahan sampah dari rumah masing-masing. Upaya ini menghasilkan capaian yang cukup signifikan, yaitu sebanyak 1.288 kg sampah terpilah, terdiri dari 799 kg sampah organik dan 489 kg sampah anorganik.
Hery berharap model seperti ini tidak hanya berhenti di satu RT atau satu kelurahan saja. Jika diterapkan secara luas—bahkan hingga skala kota—dengan dukungan kebijakan dan fasilitas yang memadai, pola pengelolaan berbasis kolaborasi ini berpotensi menciptakan sistem persampahan yang lebih baik, berkelanjutan, dan berdampak nyata bagi lingkungan maupun kesejahteraan warga.
Visi Program ISWMP
Program ISWMP hadir di Kabupaten Tuban dengan tujuan tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membenahi sistem layanan dari hulu hingga hilir. Implementasi ISWMP fokus pada lima pilar utama, yaitu:
- Penyusunan dan penetapan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah (RISPS).
- Penguatan regulasi melalui Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
- Peningkatan peran aktif masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah.
- Penguatan kelembagaan pengelolaan sampah agar lebih efektif.
- Pengembangan mekanisme pendanaan dan sistem penarikan retribusi pengelolaan sampah.
- Dukungan pendanaan pembangunan fasilitas pengolahan sampah berteknologi tinggi.
Dengan pendekatan yang terintegrasi dan partisipasi aktif masyarakat, ISWMP diharapkan mampu menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik dan berkelanjutan. Dengan demikian, keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan warga dapat tercapai secara bersamaan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!