
Krisis Sampah yang Mengancam Kesehatan dan Iklim
Indonesia kini sedang menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Dalam satu tahun terakhir, sebanyak 1,7 miliar ton sampah menumpuk di berbagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di seluruh wilayah Indonesia. Tumpukan ini tidak hanya mengganggu lingkungan, tetapi juga membawa ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan iklim global.
Menurut data yang disampaikan oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Faisal Malik Hendropiyono, mayoritas sampah yang menumpuk di TPA tidak mengalami proses pengolahan yang memadai. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan teknologi dan biaya yang sangat tinggi. Menurutnya, pengolahan sampah secara efektif membutuhkan teknologi canggih yang tidak mudah diperoleh dan dipasang.
“Saat ini kita dalam kondisi krisis sampah. Sampah menumpuk di TPA, tidak diolah. Terdapat 1,7 miliar ton di seluruh TPA di Indonesia,” ujar Diaz saat ditemui di Sekolah Rakyat Polteksos Bandung, Jalan Ir. H. Djuanda, Kota Bandung, Selasa 23 September 2025.
Ia menjelaskan bahwa pengolahan sampah tidak bisa dilakukan dengan cepat. “Tidak bisa diolah dengan cepat, kalau diolah harus menggunakan teknologi yang canggih sekali. Jadi teknologi untuk pengolahan sampah itu tidak mudah,” tambahnya.
Solusi dari Akar Masalah
Diaz menekankan bahwa solusi paling realistis dan mendesak saat ini adalah dengan menekan produksi sampah langsung dari akarnya. “Cara yang paling baik adalah mengurangi dari kita, dari hulunya,” katanya.
Pemangkasan jumlah sampah dari sumbernya menjadi langkah penting untuk mengurangi beban TPA dan menghindari penumpukan yang semakin parah. Namun, hal ini memerlukan kesadaran dan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat.
Peran Generasi Z dalam Penyelesaian Masalah
Di tengah situasi ini, Diaz melihat harapan pada generasi muda, khususnya Generasi Z. Ia menilai bahwa generasi ini lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan, termasuk masalah sampah, dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
“Sebenarnya kalangan Gen Z itu generasi yang peduli akan lingkungan, akan sampah. Jadi kita patut bersyukur karena generasi berikutnya lebih baik dari generasi saya,” kata Diaz.
Selain itu, dia menyatakan bahwa studi menunjukkan bahwa generasi muda lebih peka terhadap masalah sampah. Hal ini bisa menjadi dorongan bagi generasi yang lebih tua untuk bekerja sama menyelesaikan permasalahan ini.
Dampak Serius dari Timbunan Sampah
Dampak dari penumpukan sampah bukan hanya terlihat dari pemandangan yang tidak menarik. Lebih dari itu, sampah juga membawa ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan kestabilan iklim global.
Menurut Diaz, timbunan sampah organik di TPA melepaskan gas metana yang merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global. Gas ini menahan panas dari bumi sehingga menyebabkan perubahan iklim.
“Dampak dari sampah itu ke kesehatan. Belum lagi sampah mengeluarkan gas metana, yang bisa naik ke atmosfer. Gas itu menahan panas dari bumi sehingga sulit keluar, maka terjadilah pemanasan global yang menuju perubahan iklim,” jelas Diaz.
Kesadaran Bersama untuk Mengatasi Krisis
Untuk mengatasi krisis ini, Diaz mengajak seluruh lapisan masyarakat agar tidak lagi memandang sampah sebagai urusan pemerintah semata. Perlu adanya kesadaran dan gerakan kolektif dari masyarakat luas.
Langkah paling dasar, menurutnya, adalah memulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. “Kalau kita mau menunggu teknologi canggih, butuh waktu dan biaya besar. Maka langkah paling sederhana dan nyata adalah mengurangi sampah sejak dari hulu, dari kita sendiri,” tutup Diaz.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!