
Kejayaan yang Kini Tersimpan dalam Kenangan
Di tepian sungai Angkinang, yang terletak di sekitar Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, waktu tampak berhenti. Di sana, kejayaan masa lalu kini hanya menjadi cerita bisu yang tersimpan dalam ingatan para sesepuh desa.
Dahulu, sungai ini menjadi salah satu sumber kehidupan utama bagi masyarakat sekitar. Alirannya yang deras dan jernih menjadi simbol dari ketenangan dan kelimpahan. Sungai ini bukan hanya sebagai sumber air, tetapi juga sebagai jalur transportasi yang menghubungkan berbagai wilayah. Jukung-jukung yang berjejer rapi di tepi sungai menjadi bukti betapa pentingnya sungai ini dalam kehidupan sehari-hari.
Para nelayan dan pedagang sering kali datang ke Pasar Angkinang dengan membawa hasil bumi yang segar. Suara tawar mereka dan riuh rendah hati saat sampai di pasar menjadi bagian dari kehidupan yang penuh semangat. Namun, kini suasana tersebut telah berubah drastis.
Air sungai yang kini keruh dan dangkal tidak lagi mencerminkan kehidupan yang dulu begitu dinamis. Debit air yang semakin menyusut menunjukkan bahwa sungai ini mulai kehilangan kekuatannya. Bahkan, tumpukan sampah yang menumpuk di sepanjang aliran sungai menjadi bukti nyata dari abainya masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
Sungai yang dulu menjadi saksi bisu tawa riang dan semangat para pejuang ekonomi kini tercekik oleh tumpukan sampah. Ini adalah gambaran nyata dari perubahan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat yang dulunya saling bersinergi untuk menjaga kebersihan sungai kini tampaknya lebih memilih untuk mengabaikannya.
Kehilangan martabat yang dialami sungai ini tidak hanya terlihat dari kondisi fisiknya, tetapi juga dari hilangnya fungsi sosial dan ekonomi yang dulu dimilikinya. Dulu, sungai ini menjadi penghubung antara desa-desa sekitar, tetapi kini hanya menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah.
Ini adalah jeritan pilu dari Angkinang, tentang sungai yang merindukan kejayaannya. Ini juga menjadi ajakan untuk merenung, tentang apa yang telah kita warisi dan apa yang akan kita tinggalkan bagi generasi mendatang. Apakah kita akan biarkan sungai ini mati perlahan, atau apakah kita akan bangkit, membersihkan lara yang membelenggunya, dan mengembalikan senyum pada wajahnya yang dulu begitu mempesona?
Masyarakat harus sadar bahwa keberadaan sungai ini tidak hanya penting bagi lingkungan, tetapi juga bagi kehidupan ekonomi dan sosial. Dengan melakukan upaya bersama, seperti pembersihan sungai secara rutin dan edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan, mungkin saja sungai ini dapat kembali menjadi sumber kehidupan yang layak.
Selain itu, perlu adanya partisipasi aktif dari pemerintah setempat dalam menjaga kebersihan dan kualitas air sungai. Pembenahan infrastruktur serta peningkatan kesadaran masyarakat akan menjadi langkah awal untuk memulihkan kondisi sungai Angkinang.
Dengan mengambil pelajaran dari masa lalu, masyarakat bisa belajar bahwa kejayaan tidak akan datang sendiri, tetapi butuh usaha dan komitmen untuk menjaganya. Semoga kejayaan sungai Angkinang bisa kembali terwujud, dan tidak hanya menjadi kenangan yang tersimpan dalam ingatan para sesepuh.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!