OECD Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Jadi 3,2%

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Diperbaiki oleh OECD

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengumumkan peningkatan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Perubahan ini terjadi karena sejumlah negara menunjukkan ketahanan yang lebih kuat dari perkiraan sepanjang tahun 2025.

Dalam laporan terbaru, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,2% pada tahun 2025, meningkat dari proyeksi Juni sebesar 2,9%. Namun, proyeksi untuk tahun 2026 tetap di angka 2,9%, yang lebih rendah dibanding pertumbuhan 3,3% pada tahun 2024. Outlook ekonomi Amerika Serikat juga direvisi naik menjadi 1,8% pada 2025 dari sebelumnya 1,6%, meskipun angka ini masih lebih rendah dibanding pertumbuhan 2,8% pada 2024. Untuk 2026, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan sebesar 1,5%.

Pendorong Pertumbuhan Global

Menurut OECD, pertumbuhan global lebih tangguh dari perkiraan pada paruh pertama 2025, khususnya di banyak negara berkembang. Produksi industri dan perdagangan didorong oleh percepatan aktivitas sebelum kenaikan tarif diberlakukan. Investasi terkait kecerdasan buatan (AI) juga berkontribusi pada penguatan ekonomi AS, sementara dukungan fiskal di Tiongkok mampu mengimbangi hambatan perdagangan dan pelemahan pasar properti.

Kepala Ekonom OECD Alvaro Pereira menyebutkan bahwa faktor domestik di sejumlah negara berkembang seperti Brasil, Indonesia, dan India turut memberi dorongan bagi ekonomi global. Meski demikian, Pereira mengingatkan bahwa proyeksi untuk sebagian besar negara G20 tidak banyak berubah, dan pertumbuhan diperkirakan melambat pada paruh kedua 2025 setelah lonjakan aktivitas pada kuartal I.

Risiko Tarif yang Masih Mengancam

Meski outlook ekonomi membaik, OECD memperingatkan adanya risiko besar yang masih membayangi perekonomian global. Salah satunya adalah tingginya ketidakpastian kebijakan dan tarif impor yang melonjak. Tarif impor ke AS yang berlaku sejak Agustus membuat banyak negara menghadapi bea masuk hingga 50% untuk produk ekspor mereka. OECD mencatat tarif efektif rata-rata AS melonjak menjadi 19,5% pada akhir Agustus, level tertinggi sejak 1933.

Dampak penuh dari kenaikan tarif belum sepenuhnya dirasakan. Sebagian perusahaan masih menahan beban kenaikan tarif lewat margin, namun efeknya mulai terlihat pada pola belanja, pasar tenaga kerja, dan harga konsumen. Laporan tersebut juga menyebut pasar tenaga kerja mulai melemah dengan meningkatnya pengangguran di sejumlah negara, sementara proses disinflasi cenderung mendatar.

Inflasi dan Potensi Kenaikan Tarif

OECD kini memperkirakan inflasi di negara-negara G20 sebesar 3,4% pada 2025, sedikit turun dari proyeksi Juni 3,6%. Untuk AS, inflasi direvisi turun lebih tajam menjadi 2,7% dari perkiraan sebelumnya 3,2%. Dalam laporannya, OECD juga menyoroti potensi kenaikan tarif lebih lanjut dan kembalinya tekanan inflasi sebagai risiko utama, di samping kekhawatiran fiskal dan potensi repricing di pasar keuangan.

Volatilitas tinggi aset kripto juga meningkatkan risiko stabilitas keuangan, mengingat keterhubungannya yang semakin besar dengan sistem keuangan tradisional. Di sisi lain, pengurangan hambatan perdagangan atau adopsi teknologi AI yang lebih cepat dapat memperkuat prospek pertumbuhan.

Dampak Tarif pada Ekonomi AS

OECD mengatakan alasan di balik penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,5% pada 2026 adalah karena dampak penuh dari penerapan tarif efektif sebesar 19,5% oleh Gedung Putih belum dirasakan sepenuhnya saat ini. Kepala Ekonom OECD Alvaro Santos Pereira mengatakan tarif ini merupakan pukulan signifikan bagi perekonomian AS. Karena AS memegang peran penting dalam perekonomian dunia, dampaknya merembet ke banyak negara.

Para ekonom mengaku kesulitan mengukur konsekuensi dari langkah Trump yang berusaha menata ulang aturan perdagangan global. Alasannya, skala kebijakan yang luas dan ketidakpastian dalam implementasinya. OECD menilai, meskipun dampak percepatan impor barang mulai surut dan pengaruhnya terhadap aktivitas riil belum sepenuhnya terlihat, gejala sudah tampak pada harga konsumen dan pola belanja masyarakat.

Pasar tenaga kerja pun mulai menunjukkan pelemahan, dengan tingkat pengangguran yang naik serta jumlah lowongan yang menyusut. Survei bisnis terbaru juga menandakan perlambatan. “Karena itu, penting bagi negara-negara untuk terus berdialog dan mencapai kesepakatan dalam menurunkan hambatan perdagangan. Kita tahu bahwa perdagangan yang lebih terbuka akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Pereira.