OECD Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Jadi 4,9%

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dinaikkan oleh OECD

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) telah meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% untuk tahun 2025, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya pada Juni 2025 yang hanya 4,7%. Kenaikan ini didorong oleh langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) dalam mengimplementasikan kebijakan moneter yang lebih pro-pertumbuhan serta kinerja investasi yang terus meningkat.

Dalam laporan OECD Economic Outlook, disebutkan bahwa pelonggaran kebijakan moneter dan kinerja investasi publik yang kuat diharapkan dapat mendukung perekonomian Indonesia. Dengan demikian, pertumbuhan tahunan sebesar 4,9% diproyeksikan untuk tahun 2025 dan 2026.

Meskipun proyeksi tersebut naik, masih jauh dari ekspektasi pemerintah sendiri. Pemerintah mengklaim telah terjadi perbaikan baik dari sisi permintaan maupun penawaran ekonomi. Target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintah adalah di atas 5% pada tahun 2025, sementara untuk tahun 2026 ditetapkan sebesar 5,4%.

Pelonggaran Ruang Moneter

Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada September 2025, sehingga saat ini berada di level 4,75%. Bank sentral tidak menutup kemungkinan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut di masa depan.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan dalam tiga bulan terakhir 2025 akan didasarkan pada stabilitas nilai tukar rupiah. "BI akan terus mencermati prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam memanfaatkan ruang suku bunga BI Rate dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah," ujarnya dalam rapat hasil Dewan Gubernur (RDG) BI secara virtual.

Menurut Perry, keputusan untuk memangkas BI Rate sejalan dengan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, rendahnya perkiraan inflasi 2025 pada kisaran 2,5% ± 1%, serta stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental.

Hasil RDG BI yang dilaksanakan 16-17 September 2025 menunjukkan bahwa bank sentral memutuskan untuk kembali memangkas kebijakan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75%. Selain itu, suku bunga deposit facility juga diturunkan 50 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga lending facility turun 25 bps menjadi 5,5%.

Rezim Pro-Growth

Gubernur BI dua periode tersebut mengakui bahwa kebijakan bank sentral sudah diarahkan secara keseluruhan untuk mendorong pertumbuhan. Namun, hal ini tetap dilakukan dengan menjaga stabilitas dari sisi kebijakan moneter.

"Semua kebijakan kami di BI memang all out untuk pro growth dengan tetap menjaga stabilitas dari sisi kebijakan moneter. Suku bunga sudah turun enam kali sejak September dan hari ini kita putuskan ke 4,75%," paparnya.

Selain kebijakan suku bunga, BI juga melakukan ekspansi likuiditas moneter dengan di antaranya menebar likuiditas ke bank BUMN maupun swasta sebesar Rp384 triliun, menurunkan posisi instrumen utang yang diterbitkan BI yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp200 triliun, serta membeli instrumen utang atau SBN pemerintah hingga Rp217 triliun dari awal hingga 15 September 2025.

"Semua kami lakukan dengan azas-azas dan prinsip kebijakan moneter yang prudent dan terukur," tambahnya.