
Penguatan Kesiapsiagaan Bencana di 11 Kalurahan Kulon Progo
Sebanyak 11 kalurahan di Kabupaten Kulon Progo menandatangani Pakta Integritas Pembentukan Tsunami Ready Community (TRC). Penandatanganan dilakukan dalam rangka kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami yang berlangsung pada Selasa, 23 September 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat terhadap potensi bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Sleman, Ardiyanto Septi, menjelaskan bahwa 11 kalurahan tersebut berada di pesisir selatan, yang termasuk dalam zona rawan tsunami akibat gempa. Ia menyampaikan bahwa tujuan utama dari penandatanganan pakta ini adalah untuk mewujudkan masyarakat yang siaga terhadap gempa bumi dan tsunami.
Pakta Integritas ini juga menjadi komitmen pemerintah setempat untuk meningkatkan kapasitas dalam menghadapi ancaman bencana. Menurut Ardiyanto, Kulon Progo merupakan salah satu daerah dengan seismisitas tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Oleh karena itu, BMKG berupaya keras untuk memperkuat mitigasi bencana di wilayah-wilayah yang masuk dalam zona rawan.
Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kapasitas dan koordinasi lintas sektor. Dalam kegiatan ini, peserta didampingi oleh berbagai instansi seperti POLRI, TNI, hingga komunitas masyarakat. Materi yang dibahas mencakup potensi gempa dan tsunami di DIY, serta sistem dan produk peringatan dini tsunami.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menanamkan budaya siaga bencana kepada masyarakat Kulon Progo. Terutama dalam menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami. Ardiyanto menekankan bahwa masyarakat harus memiliki pemahaman dan respons yang tepat saat bencana terjadi.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa Sekolah Lapang fokus pada peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana alam. Kegiatan kali ini lebih menitikberatkan pada mitigasi gempa bumi dan tsunami. Masyarakat diajak untuk membiasakan diri dengan dua jenis bencana tersebut agar bisa cepat tanggap dan terampil dalam menghadapinya.
Dalam kegiatan ini, peserta juga diajarkan praktik-praktik untuk dapat melindungi diri sendiri, keluarga, maupun warga sekitar ketika terjadi gempa atau tsunami. Dwikorita menekankan pentingnya keterampilan dan kecepatan dalam merespons bencana.
Wakil Bupati Kulon Progo, Ambar Purwoko, memberikan pesan agar masyarakat mampu menanamkan ilmu kesiapsiagaan bencana dengan baik. Ia percaya bahwa warga Kulon Progo, khususnya yang tinggal di pesisir, mampu menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami dengan baik. Hal ini semakin diperkuat dengan pengakuan internasional yang telah diberikan kepada Kalurahan Glagah sebagai wilayah yang memiliki mitigasi bencana yang baik.
Ambar menegaskan bahwa kehadiran kawasan pesisir menjadi alasan pentingnya kegiatan ini. Masyarakat diharapkan dapat memetik manfaat dari pelatihan dan peningkatan kesiapsiagaan yang dilakukan. Dengan demikian, masyarakat akan lebih siap dan tanggap dalam menghadapi ancaman bencana alam.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!