
Penemuan Paus Bali Mati di Pantai Nglarap, Tulungagung
Sebuah penemuan yang mengejutkan terjadi di kawasan pantai Nglarap, Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Seekor paus balin (Balaenoptera sp.) dengan panjang sekitar tujuh meter ditemukan dalam kondisi mati dan terdampar di tepi pantai pada Senin (22/9). Penemuan ini pertama kali dilaporkan oleh seorang petani penggarap lahan di sekitar area pantai tersebut.
Koordinator Pos Keamanan Laut Terpadu (Kamladu) Popoh, Aipda Maryanto, mengatakan bahwa saat ditemukan, paus sudah tidak bernyawa. Ia menjelaskan bahwa upaya evakuasi sempat dilakukan, tetapi menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah akses jalan yang sulit untuk dijangkau oleh alat berat. Selain itu, pembuatan lubang kubur manual juga tidak bisa segera dilakukan karena keterbatasan tenaga kerja.
Untuk mencegah bangkai paus kembali terbawa arus laut, petugas memilih mengikat tubuh hewan tersebut ke karang. Setelahnya, laporan mengenai penemuan ini disampaikan ke Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar.
Menurut Koordinator BPSPL Denpasar Satker Surabaya, Suwardi, paus balin termasuk dalam satwa yang dilindungi. Oleh karena itu, penanganannya harus sesuai dengan standar operasional yang berlaku. Ia menjelaskan bahwa ada beberapa opsi yang bisa digunakan dalam proses penanganan, seperti dikubur, dibakar, ditenggelamkan, atau dibiarkan terurai secara alami.
Namun, setiap pilihan memiliki tantangan tersendiri. Untuk penguburan, dibutuhkan alat berat yang tidak tersedia di lokasi. Sementara itu, pembakaran tidak memungkinkan karena risiko kebakaran yang tinggi. Adapun penenggelaman juga menghadapi kendala, yaitu kesulitan dalam merapatkan kapal ke lokasi.
Karena lokasi penemuan paus yang jauh dari permukiman penduduk, akhirnya diputuskan untuk dibiarkan terurai secara alami. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar dua pekan hingga hanya menyisakan tulang belulang.
Masyarakat diminta untuk tidak mendekati lokasi penemuan paus. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan, mengingat penyebab kematian paus masih belum diketahui. Ada kemungkinan paus tersebut membawa bakteri atau virus yang dapat menular kepada manusia.
Suwardi menjelaskan bahwa paus merupakan mamalia berdarah panas, sehingga risiko infeksi yang bisa menular kepada manusia mirip dengan risiko yang ada pada manusia sendiri. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan untuk tetap waspada dan tidak melakukan interaksi langsung dengan bangkai paus tersebut.
Penemuan ini menjadi peringatan bagi masyarakat dan instansi terkait untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi ekosistem laut. Selain itu, pentingnya perlindungan satwa laut seperti paus balin perlu terus ditegakkan agar tidak terjadi lagi kasus serupa di masa depan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!