
Pemerintah Akui Adanya Kasus Keracunan Massal dalam Program Makan Bergizi Gratis
Pemerintah mengakui adanya kejadian keracunan massal yang terjadi selama pelaksanaan program prioritas Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Presiden RI Prabowo Subianto. Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Muhammad Qodari, menyampaikan bahwa hingga September 2025, sekitar 5.000 siswa menjadi korban dari kasus tersebut.
Data yang dikumpulkan dari berbagai kementerian dan lembaga menunjukkan angka yang relatif serupa. Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat sebanyak 5.080 korban, sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan 60 kasus dengan total 5.207 penderita per 16 September 2025. Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat 55 kasus dengan jumlah korban mencapai 5.320 orang per 10 September 2025.
Qodari menjelaskan bahwa meskipun ada perbedaan angka antar lembaga, intinya ketiga institusi tersebut mencatat masalah yang sama. Ia menekankan bahwa data statistik yang diperoleh sebenarnya saling sinkron, dengan jumlah kasus sekitar 5.000.
Selain itu, pemantauan independen juga dilakukan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI). Berdasarkan catatan JPPI, terdapat 5.360 siswa yang terpapar kasus keracunan, meski tidak disebutkan secara detail jumlahnya.
Menurut hasil asesmen BPOM, puncak kejadian keracunan MBG terjadi pada Agustus 2025. Wilayah dengan sebaran terbanyak adalah Provinsi Jawa Barat. Faktor penyebab yang diidentifikasi meliputi higienitas makanan yang rendah, suhu makanan yang tidak sesuai, kesalahan dalam pengolahan, serta kontaminasi silang dari petugas. Beberapa kasus juga diduga dipicu oleh alergi pada penerima manfaat.
Qodari menegaskan bahwa pemerintah menanggapi insiden ini secara serius. Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi telah menyampaikan permintaan maaf sekaligus janji evaluasi menyeluruh terhadap program tersebut.
“Ini contoh bahwa pemerintah tidak tone deaf, tidak buta dan tuli. Pak Mensesneg sudah merespons, mengakui adanya masalah, meminta maaf, dan berkomitmen untuk evaluasi. Sekarang saya tambahkan data-data resminya,” tegas Qodari.
Penyebab Utama Keracunan
Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab keracunan dalam program MBG antara lain:
- Higienitas makanan yang rendah: Banyak makanan yang disajikan tidak memenuhi standar kebersihan.
- Suhu makanan yang tidak sesuai: Suhu makanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memicu pertumbuhan bakteri.
- Kesalahan dalam pengolahan: Proses pengolahan makanan yang tidak tepat dapat mengurangi kualitas dan keamanan makanan.
- Kontaminasi silang: Terjadi karena kurangnya kebersihan dari petugas yang menyiapkan makanan.
- Alergi pada penerima manfaat: Beberapa siswa memiliki alergi terhadap bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam program.
Respons Pemerintah
Pemerintah menunjukkan komitmennya untuk menangani masalah ini secara lebih efektif. Evaluasi menyeluruh akan dilakukan untuk memastikan bahwa program MBG dapat berjalan dengan aman dan efisien. Selain itu, pemerintah juga berupaya meningkatkan pengawasan terhadap kualitas makanan yang disajikan kepada siswa.
Langkah-langkah yang diambil termasuk peningkatan koordinasi antar lembaga terkait, penguatan sistem pengawasan, dan pelatihan bagi petugas yang terlibat dalam penyediaan makanan. Tujuannya adalah untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Tindakan Lanjutan
Dalam waktu dekat, pemerintah akan melakukan evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan program MBG. Hal ini termasuk meninjau kembali metode distribusi makanan, standar kebersihan, dan kemampuan petugas dalam mengelola makanan.
Selain itu, pemerintah juga akan memperkuat komunikasi dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan agar dapat memberikan informasi yang akurat dan transparan tentang status program MBG. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan program ini dapat kembali berjalan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi siswa-siswa di seluruh Indonesia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!