
Demonstrasi Besar di Italia untuk Solidaritas dengan Palestina
Ribuan demonstran turun ke jalan di berbagai kota Italia pada Senin (22/9) dalam aksi solidaritas terhadap Palestina di Gaza. Aksi ini menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di wilayah tersebut. Namun, aksi ini juga berujung pada bentrokan dengan aparat keamanan di Milan dan mengganggu aktivitas publik, termasuk transportasi dan distribusi logistik di sejumlah pelabuhan utama.
Aksi ini dipimpin oleh serikat pekerja akar rumput yang memiliki ratusan ribu anggota, mulai dari guru hingga pekerja industri logam. Mereka menggelar mogok nasional selama 24 jam di sektor publik dan swasta, termasuk layanan transportasi umum, kereta api, sekolah, serta pelabuhan. Dampaknya sangat luas, dengan jadwal kereta nasional mengalami keterlambatan panjang dan angkutan umum di kota-kota besar seperti Roma berjalan terbatas.
Di Milan, situasi memanas ketika puluhan demonstran berpakaian hitam dan membawa tongkat mencoba menerobos pintu utama stasiun pusat. Mereka melemparkan bom asap, botol, dan batu ke arah polisi. Aparat membalas dengan semprotan merica untuk membubarkan massa. Di Bologna, ketegangan pecah saat polisi menggunakan meriam air terhadap pengunjuk rasa yang memblokir jalan tol. Sementara itu, di pelabuhan Genoa dan Livorno, aksi duduk pekerja memperlambat hingga menghentikan sementara arus distribusi barang.
Di Roma, lebih dari 20 ribu orang berkumpul di depan stasiun pusat untuk mengecam krisis kemanusiaan di Gaza. Serikat pekerja dan kelompok mahasiswa menuding pemerintah Italia dan Uni Eropa bersikap pasif terhadap isu ini. Walter Montagnoli, Sekretaris Nasional serikat CUB, menyampaikan pernyataan penting dalam orasinya di Milan. Ia menegaskan bahwa "Jika kita tidak menghentikan perdagangan, distribusi senjata, dan hubungan lain dengan Israel, tidak akan ada perubahan."
Perdana Menteri Giorgia Meloni menanggapi aksi yang berujung ricuh sebagai hal yang "memalukan." Ia menulis di akun X bahwa "Kerusakan dan kekerasan tidak ada hubungannya dengan solidaritas dan tidak akan mengubah kondisi masyarakat Gaza."
Italia selama ini dikenal sebagai sekutu dekat Israel di Uni Eropa. Namun, tekanan publik dalam negeri membuat pemerintahan Meloni mulai melunak dalam retorika terhadap kebijakan Israel. Meski demikian, Italia tidak termasuk negara seperti Prancis yang pekan ini akan secara resmi mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB.
Isu pengakuan negara Palestina kembali mengemuka di tengah konflik berkepanjangan. Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera 251 orang, dengan 48 di antaranya masih ditahan hingga kini. Sebagai balasan, ofensif Israel selama 23 bulan terakhir menewaskan lebih dari 65 ribu orang di Gaza, menurut data Kementerian Kesehatan setempat yang dikelola Hamas dan dianggap paling dapat dipercaya oleh PBB.
Konflik ini telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, memaksa 90% penduduk mengungsi, dan menciptakan krisis kemanusiaan parah. PBB bahkan menyebut Gaza City tengah dilanda kelaparan. Situasi ini menunjukkan betapa mendalamnya dampak konflik terhadap kehidupan warga Gaza dan bagaimana isu ini menjadi perhatian global.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!