
Kondisi Likuiditas Perbankan Mulai Longgar
Kondisi likuiditas perbankan di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda penguatan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencerminkan peningkatan kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha terhadap sistem perbankan. Salah satu komponen utama yang mendukung pertumbuhan DPK adalah giro, yang mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penghimpunan DPK pada Agustus 2025 tumbuh sebesar 8% secara tahunan (year on year/ yoy) mencapai Rp 9.039,8 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK pada Juli 2025 yang mencapai 6,8%. Pertumbuhan ini tidak hanya berasal dari segmen deposito, tetapi juga didorong oleh peningkatan jumlah giro.
Pertumbuhan giro mencapai 14,3% secara tahunan, dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp 2.892,1 triliun. Menurut Trioksa Siahaan, pengamat perbankan sekaligus Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), sentimen yang memengaruhi pertumbuhan giro antara lain karena perlambatan ekspansi usaha korporasi. Korporasi cenderung menempatkan dananya di giro untuk menjaga likuiditas.
Selain itu, pelonggaran moneter dan penurunan bunga penjaminan juga berdampak pada peralihan dana dari deposito ke giro. Giro dianggap lebih likuid dan fleksibel dibandingkan deposito. Selain itu, akselerasi belanja pemerintah yang belum sepenuhnya terlaksana juga menyebabkan dana masih diparkir di giro.
Trioksa menambahkan bahwa pertumbuhan DPK terutama berasal dari segmen korporasi dan giro pemerintah, baik pusat maupun daerah. Namun, ia memperkirakan pertumbuhan ini bisa sedikit melambat menjelang akhir tahun, mengingat aktivitas belanja pemerintah dan swasta akan meningkat.
Pertumbuhan Giro di BTN dan BCA
Direktur Network and Retail Funding BTN, Rully Setiawan, mengatakan bahwa pertumbuhan DPK BTN hingga Agustus 2025 didorong oleh peningkatan produk giro yang tumbuh sebesar 12,6%. Ini selaras dengan fokus BTN untuk meningkatkan pertumbuhan CASA (Customer Account Savings and Deposit).
"Kami fokus memberikan solusi transaksi kepada nasabah melalui digital solution kami, seperti Bale Korpora," ujarnya. Ia optimis pertumbuhan giro akan terus berlanjut hingga akhir tahun, dengan menawarkan solusi transaksi yang end-to-end sesuai kebutuhan bisnis nasabah.
Sementara itu, PT Bank Central Asia (BCA) juga mencatat pertumbuhan giro sebesar 12,52% atau mencapai Rp 390,06 triliun pada Agustus 2025. Total DPK BCA di bulan tersebut mencapai Rp 1.160 triliun, lebih tinggi dari periode yang sama pada 2024 sebesar Rp 1.102 triliun.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menyampaikan bahwa pertumbuhan giro yang konsisten di BCA tidak lepas dari kepercayaan nasabah serta upaya bank dalam menyediakan layanan transaksi yang andal. Ia menilai bahwa DPK dan CASA tetap menunjukkan tren positif, sejalan dengan peningkatan aktivitas transaksi dan perluasan basis nasabah.
LDR BCA pada Juni 2025 mencapai 78,04%, menunjukkan bahwa bank masih produktif dalam menyalurkan kredit. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas BCA tetap sehat dan terjaga dengan baik.
Pertumbuhan Giro di CIMB Niaga
Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyampaikan bahwa pertumbuhan DPK terbesar di CIMB Niaga juga berasal dari giro, yang tumbuh sebesar 24% pada Agustus 2025. CASA di CIMB Niaga sendiri tumbuh sekitar 15%.
Menurut Lani, mayoritas pertumbuhan berasal dari operating account, cash management, dan financial institution non retail yang menjadi fokus utama CIMB Niaga. Ia berharap pertumbuhan CASA dapat terus berjalan di atas angka dua digit hingga akhir tahun ini.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!