
Peran Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pidato penting dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-80. Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya tindakan nyata untuk menghadapi perubahan iklim serta memperkuat ketahanan pangan global. Menurutnya, tantangan lingkungan dan pangan saat ini menjadi ancaman serius bagi stabilitas dunia jika tidak segera ditangani.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia telah merasakan dampak langsung dari perubahan iklim. Salah satu contohnya adalah ancaman kenaikan permukaan laut. Di wilayah utara Ibu Kota, permukaan laut meningkat sekitar lima sentimeter setiap tahun. Jika tren ini terus berlangsung, dampaknya akan sangat signifikan dalam 10 hingga 20 tahun ke depan.
Untuk mengantisipasi hal ini, Indonesia sedang membangun proyek besar bernama Giant Sea Wall yang memiliki panjang mencapai 480 kilometer. Proyek ini diperkirakan memakan waktu selama 20 tahun, tetapi Prabowo menegaskan bahwa tidak ada pilihan lain selain bertindak sekarang.
“Kita memilih menghadapi perubahan iklim bukan dengan slogan, melainkan dengan langkah nyata,” ujarnya dengan tegas.
Selain fokus pada adaptasi, Indonesia juga berkomitmen untuk melakukan mitigasi. Prabowo menegaskan bahwa negara ini berupaya mencapai target net zero emission pada tahun 2060. Bahkan, ia optimistis bahwa target ini bisa dicapai lebih cepat.
Dalam upaya mitigasi, Indonesia juga menargetkan pemulihan lebih dari 12 juta hektare hutan yang terdegradasi. Selain itu, pemerintah juga fokus pada pemberdayaan masyarakat lokal melalui penciptaan lapangan kerja hijau. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif baik secara ekonomi maupun lingkungan.
Di bidang ketahanan pangan, Prabowo menyampaikan capaian Indonesia yang luar biasa. Negara ini berhasil mencatat produksi beras tertinggi sepanjang sejarah. Saat ini, Indonesia tidak hanya mampu mencapai swasembada beras, tetapi juga mulai mengekspor beras ke berbagai negara, termasuk membantu Palestina.
“Kami sedang membangun jaringan pasokan pangan yang tangguh, berinvestasi dalam pertanian pintar, dan memastikan generasi mendatang memiliki keamanan pangan. Kami yakin Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia dalam beberapa tahun ke depan,” kata Prabowo.
Selain itu, Presiden juga mengingatkan bahwa tantangan global terkait energi, air, dan pangan saling berkaitan erat. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama internasional yang lebih kuat untuk menciptakan solusi berkelanjutan.
“Kita memilih menjawab tantangan ini secara langsung, di rumah sendiri dan dengan membantu di luar negeri di mana pun kita bisa,” tambahnya.
Dengan nada optimistis, Prabowo menutup pidatonya tentang isu lingkungan dengan menyerukan agar dunia bersatu menghadapi krisis iklim. Ia menegaskan bahwa masa depan anak-anak kita sedang dipertaruhkan, dan tindakan harus dilakukan segera.
“Kita tidak bisa menunda lagi. Mari kita bertindak sekarang,” pungkasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!