Jalan Tol Boser Parung: Bogor ke Serpong Cuma 20 Menit, Perkembangan Terbaru & Dampak Jabodetabek

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Tol Boser: Penghubung Kunci Konektivitas Jabodetabek

Tol Bogor-Serpong, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tol Boser, diharapkan menjadi penghubung penting dalam meningkatkan konektivitas antar wilayah di kawasan selatan Jakarta dan sekitarnya. Proyek ini memiliki panjang sekitar 31 kilometer dan dirancang untuk memangkas waktu tempuh antara Bogor dan Serpong menjadi hanya 20 menit, jauh lebih cepat dibandingkan kondisi saat ini yang bisa mencapai satu jam. Tahapan pembangunan kini sudah memasuki fase akhir persiapan, termasuk penyelesaian perizinan lingkungan dan tinggal menunggu penandatanganan kontrak pengusahaan jalan tol.

Menghubungkan Wilayah dengan Jaringan yang Lebih Solid

Tol Boser merupakan bagian dari jaringan JORR III (Jakarta Outer Ring Road III), yang menghubungkan beberapa titik strategis seperti Junction (JC) Salabenda di Bogor hingga JC Serpong di Tangerang Selatan. Dengan adanya tol ini, koneksi antarwilayah akan semakin solid karena terhubung langsung dengan jalan tol lainnya seperti Depok–Antasari, Bogor Outer Ring Road, serta Serpong–Balaraja.

Selain itu, proyek ini juga dilengkapi dengan lima interchange dan dua junction, yang memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai kawasan strategis tanpa harus melalui jalur yang lebih jauh. Investasi yang dikeluarkan untuk proyek ini mencapai lebih dari Rp 8 triliun, dengan skema pembiayaan melalui Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

Akses Lokal Melalui Simpang Susun

Salah satu aspek penting dari Tol Boser adalah penyediaan akses lokal melalui beberapa simpang susun. Beberapa titik utama yang direncanakan antara lain:

  • Simpang Susun Pondok Udik, yang terkoneksi dengan Jalan Raya Parung dan kawasan permukiman Kemang, Kabupaten Bogor.
  • Simpang Susun Putatnutug, yang menghubungkan jalur Haji Usa, memberi akses ke kawasan permukiman di Ciseeng.
  • Simpang Susun Rumpin, yang terhubung dengan Jalan Tamansari, membuka akses menuju kawasan pertambangan dan desa-desa di wilayah Rumpin.

Keberadaan simpang susun ini diharapkan mampu memperlancar mobilitas warga sekitar sekaligus mendukung pengembangan perumahan maupun kawasan industri baru di sepanjang koridor tol.

Memangkas Waktu Tempuh Hingga 65 Persen

Studi kelayakan menunjukkan bahwa dengan kecepatan operasional tol sekitar 100 km per jam, perjalanan 31 kilometer dari Bogor ke Serpong dapat ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit. Saat ini, perjalanan melalui jalur non-tol dengan jarak sekitar 35 kilometer membutuhkan waktu sekitar satu jam karena kepadatan lalu lintas dan hambatan jalan.

Kehadiran Tol Boser diperkirakan mampu mengurangi waktu tempuh hingga 65 persen. Efisiensi ini tidak hanya memberi kenyamanan bagi pengguna jalan, tetapi juga menurunkan biaya bahan bakar, mengurangi tingkat kelelahan, serta mempercepat distribusi barang dan jasa di kawasan selatan Jabodetabek.

Status Proyek dan Tahapan Pelaksanaan

Hingga kini, dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) telah disetujui. Proses yang tersisa adalah penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) antara pemerintah dan badan usaha pelaksana. Jika tahap ini selesai, konstruksi dapat segera dimulai.

Proyek ini akan dilaksanakan oleh konsorsium sejumlah perusahaan infrastruktur besar dengan model Design–Build–Finance–Operate–Maintain–Transfer (DBFOMT). Dengan skema ini, pihak swasta akan bertanggung jawab penuh dalam perencanaan, pembangunan, hingga operasional, sebelum nantinya diserahkan kembali kepada negara sesuai jangka waktu yang ditetapkan.

Kajian finansial menunjukkan proyek ini layak secara ekonomi dengan potensi pengembalian investasi yang sehat, sehingga diharapkan dapat menarik kepercayaan investor sekaligus mempercepat realisasi pembangunan.