
Kampung Caping: Kekayaan Budaya dan Potensi Ekonomi yang Tersembunyi
Terletak di antara Kampung Mendawai dan Bangka, tepat di sebelah Sungai Kapuas, terdapat sebuah destinasi wisata yang menyimpan kekayaan budaya serta potensi ekonomi kreatif. Nama kampung ini adalah Kampung Caping, yang mulai dirintis pada tahun 2018 dan resmi dibuka pada Juli 2019. Sejak saat itu, kampung ini menjadi pusat aktivitas budaya sekaligus penggerak perekonomian bagi warga sekitar.
Caping: Simbol Budaya yang Menjadi Identitas Kampung
Nama Kampung Caping tidak hanya unik, tetapi juga memiliki makna mendalam sebagai simbol kebudayaan yang telah ada sejak lama. Beny Than Heri, Ketua Pokdarwis Kampung Caping, menjelaskan bahwa ide pembentukan kampung ini berasal dari tradisi pembuatan caping yang masih hidup dalam masyarakat setempat.
“Caping bukan hanya sekadar penutup kepala, melainkan simbol kerja keras, kearifan lokal, dan kreativitas masyarakat. Dari sini kami melihat potensi besar untuk menjadikannya sebagai identitas kampung,” ujar Beny.
Semangat Kampung Caping dituangkan dalam konsep KREATIF: Keren, Ramah, Enak, Aman, dan Produktif. Mulai dari ikon budaya, kuliner tradisional saprahan, hingga aktivitas ekonomi berbasis caping, semuanya menggambarkan kehidupan masyarakat di kampung ini yang terus berkembang.
Menggerakkan Ekonomi Melalui Wisata dan Kreativitas
Selain menjual produk caping, Kampung Caping juga menawarkan berbagai pengalaman wisata yang menarik. Pengunjung dapat ikut serta dalam kegiatan melukis caping, menikmati kuliner saprahan yang khas, atau mencoba peruntungan dengan memancing di tepi sungai. Aktivitas ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan langsung kehidupan masyarakat setempat.
Produk-produk unggulan masyarakat dipasarkan melalui berbagai saluran, mulai dari hotel, galeri seni, pameran Dekranasda, hingga platform penjualan online. Hal ini membantu meningkatkan daya saing produk lokal di pasar yang lebih luas.
Menurut Beny Than Heri, “Dengan adanya kegiatan wisata, perputaran ekonomi di Kampung Caping semakin hidup. Warga mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan produk dan jasa yang mereka tawarkan.”
Tantangan dan Harapan untuk Kampung Caping
Meskipun Kampung Caping terus berkembang, tantangan tetap ada, seperti menjaga konsistensi warga dalam menjaga disiplin serta kebutuhan akan fasilitas wisata yang lebih memadai. Namun, semangat untuk terus maju tetap kuat.
“Kami percaya, Kampung Caping bukan hanya soal produk, tapi juga tentang bagaimana kehidupan masyarakat di sini bisa mencerminkan budaya yang dijaga, ekonomi yang bergerak, dan sambutan yang ramah untuk dunia luar,” ujar Beny.
Harapan besar diletakkan pada Kampung Caping agar tidak hanya menjadi ikon wisata budaya lokal, tetapi juga dikenal lebih luas di tingkat nasional bahkan internasional. Dengan kombinasi antara kekayaan budaya dan inovasi ekonomi kreatif, Kampung Caping memiliki potensi besar untuk menjadi contoh sukses dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!