
Demo sebagai Bentuk Kepedulian dan Pemenuhan Aspirasi
Demo, atau aksi protes, sering kali menjadi cara bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka. Dalam beberapa waktu terakhir, demo terjadi di berbagai tempat, baik di pusat pemerintahan maupun di instansi-instansi swasta, perguruan tinggi, dan lainnya. Tujuan dari aksi ini biasanya adalah agar pihak yang dituju melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan menghentikan tindakan kesewenangan atau kezoliman yang mereka lakukan.
Sebenarnya, idealnya demo tidak perlu dilakukan jika pihak yang menerima aspirasi cepat tanggap dan bersedia membuka hati serta nurani. Namun, dalam banyak kasus, aspirasi yang disampaikan melalui demo sering dianggap remeh atau tidak dianggap serius. Hal ini membuat demo menjadi alat yang terus digunakan, meskipun sebenarnya bukan hal yang diharapkan.
Beberapa contoh demonstrasi yang terjadi antara lain demo mahasiswa dan rakyat pada tanggal 25 Agustus 2025. Demo-demo seperti ini menunjukkan bahwa aspirasi yang disampaikan melalui jalur resmi seringkali tidak mendapat respons yang memadai. Oleh karena itu, masyarakat cenderung memilih metode aksi langsung sebagai bentuk tekanan.
Demo Bukan Hobi, Tapi Solusi
Banyak orang menganggap demo sebagai langkah jitu dalam mendorong perubahan dan mengikis tindakan kesewenangan. Jika ada pihak yang bertindak sewenang-wenang atau merugikan masyarakat, maka aksi demo menjadi cara untuk mengecam dan meminta pertanggungjawaban. Sayangnya, jika demo menjadi kebiasaan, maka efektivitasnya bisa berkurang.
Baru-baru ini, pengemudi ojek online yang tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia menggelar aksi demo. Salah satu tuntutan mereka adalah memasukkan Rancangan Undang-Undang Transportasi Online ke dalam Program Legislasi Nasional 2025-2026. Meski aspirasi tersebut bisa disampaikan melalui surat tertulis, biasanya responnya lambat. Oleh karena itu, aksi demo menjadi alternatif yang dipilih.
Kasus lain yang viral adalah tindakan seorang Wali Kota di Provinsi Sumatera Selatan yang diduga bertindak sewenang-wenang dengan memberhentikan kepala SMP Negeri I. Aksi demo yang akan dilakukan oleh komunitas akhirnya dibatalkan setelah Wali Kota tersebut membatalkan pemberhentian dan meminta maaf kepada masyarakat.
Kesewenangan Mulai Terkikis
Dari berbagai peristiwa demo yang terjadi, terlihat bahwa aksi ini cukup efektif dalam menyalurkan aspirasi pendemo dan menyadarkan pihak yang bertindak sewenang-wenang. Contohnya adalah para anggota DPR yang "menentang anak negeri" dengan ucapan dan tindakan tidak sopan. Akibatnya, rumah mereka dijara oleh sekelompok rakyat, dan beberapa anggota DPR tersebut kemudian diberhentikan.
Selain itu, berbagai pihak yang kena aksi demo mulai berubah sikap dan menghentikan tindakan kesewenangan. Kasus Wali Kota di Sumatera Selatan juga menjadi contoh bagaimana aksi demo dapat mengubah sikap seseorang. Dengan viralnya kasus tersebut dan adanya ancaman aksi demo, sang Wali Kota langsung berubah dan meminta maaf.
Mendorong Akselerasi Ekonomi
Dengan terkikisnya tindakan kesewenangan, akan tercipta perubahan yang positif, termasuk meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan instansi terkait. Hal ini akan berdampak pada perekonomian, karena penurunan tindakan kesewenangan akan mengurangi pengangguran dan meningkatkan konsumsi masyarakat.
Contoh sederhana adalah tindakan kesewenangan dalam memecat pekerja. Dengan demikian, jumlah pengangguran akan bertambah, konsumsi menurun, dan laju pertumbuhan ekonomi terganggu. Sebaliknya, jika tindakan kesewenangan dikurangi, maka kondisi ekonomi akan stabil dan berkembang.
Pentingnya Sikap Bersahabat dan Damai
Penting untuk diingat bahwa semua pihak yang melakukan demo adalah saudara kita. Mereka harus diperlakukan dengan baik, bukan sebagai musuh. Selama aksi demo berlangsung, penting untuk menjaga suasana damai dan tidak memicu emosi atau permusuhan.
Kita tidak ingin anak negeri ini takut menyampaikan aspirasi karena sikap kita yang tidak ramah. Kita juga tidak ingin kecerdasan dan sikap kritis mereka luntur karena kita sering membungkam. Kita ingin semua anak negeri selalu saling merangkul, bukan saling memukul. Semoga saja kondisi seperti ini bisa tercapai.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!