
Kepri dan Strategi Pengelolaan Perbatasan yang Terbuka
Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BP2D) Provinsi Kepulauan Riau, Doli Boniara, memberikan paparan mengenai kondisi dan rencana strategis pengelolaan perbatasan di wilayah Kepri yang berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Paparan ini disampaikan dalam pertemuan dengan Komisi II DPR RI di Gedung Daerah, Tanjungpinang, pada Senin, 29 September 2025.
Doli menekankan bahwa wilayah Karang Singa menjadi salah satu titik terdepan yang paling dekat dengan negara luar dan memiliki posisi sangat strategis. Oleh karena itu, BP2D terus melakukan peninjauan ke lapangan guna memastikan rencana pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut berjalan sesuai rencana.
Fokus Utama: Pos Lintas Batas Negara Serasan
Salah satu fokus utama adalah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan. Menurut Doli, pembangunan PLBN dari sisi Indonesia telah rampung. Namun, dari sisi Malaysia, pembangunan masih belum selesai di kawasan Sematan, Sarawak.
“PLBN Serasan sudah selesai dari sisi Indonesia. Hanya saja, di sisi Malaysia masih menunggu penyelesaian di Sematan. Padahal hubungan masyarakat Serasan dengan masyarakat Serawak sudah terjalin ratusan tahun. Harapan kami, PLBN ini dapat berfungsi maksimal sehingga memberi dampak ekonomi, baik bagi masyarakat lokal maupun secara regional,” ujar Doli.
Titik-Titik Perbatasan Lainnya di Kepri
Selain PLBN Serasan, terdapat lima titik perbatasan lainnya di Kepri yang juga langsung berbatasan dengan negara tetangga. Pengelolaan perbatasan tidak hanya terkait keamanan, tetapi juga menyangkut perdagangan lintas batas, deportasi pekerja migran, hingga persoalan nelayan.
Menurut Doli, salah satu instrumen penting yang memperkuat kerja sama antarnegara adalah Sosio-Ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek Malindo) yang memberikan ruang khusus bagi daerah, meskipun kewenangan pemerintah daerah masih terbatas.
Konsep JIWA sebagai Simbol Persaudaraan
Lebih jauh, ia juga menyinggung konsep JIWA (Jiran Istimewa Wilayah Antara) sebagai simbol kedekatan dan persaudaraan antara masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Jalinan ini, kata Doli, perlu terus dijaga dan dikuatkan dalam bingkai kerja sama yang saling menguntungkan.
Pentingnya Aksesibilitas Transportasi Antar-Negara
Tidak hanya itu, Doli turut menyoroti pentingnya aksesibilitas transportasi antarnegara, khususnya dengan rencana kapal Roll On Roll Off (RoRo) Batam–Johor. Jalur laut ini diyakini akan semakin membuka ruang interaksi ekonomi sekaligus memperkuat hubungan antarwarga di kedua belah pihak.
“Perbatasan bukan sekadar garis pemisah, tetapi jembatan interaksi. Dengan PLBN, Sosek Malindo, konsep JIWA, dan konektivitas RoRo Batam–Johor, kita berharap perbatasan benar-benar menjadi gerbang kesejahteraan,” pungkasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!