Pergerakan Saham Perbankan Besar Tertekan
Pada perdagangan hari Kamis (2/10/2025), pergerakan saham perbankan besar di pasar modal Indonesia masih mengalami tekanan. Berdasarkan data dari Stockbit, tiga bank pelat merah, yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), mengalami penurunan harga secara bersamaan. Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ditutup stabil pada level Rp 7.500 per saham.
Saham BBNI turun sebesar 0,25% ke tingkat Rp 4.040 per saham setelah sempat menguat di awal perdagangan. BMRI juga mengalami koreksi sebesar 0,46% menjadi Rp 4.360 per saham dengan pola yang serupa. Sementara itu, BBRI mengalami penurunan terdalam, yaitu 2,62% ke level Rp 3.710 per saham sejak awal sesi perdagangan. Tren pelemahan ini sudah terlihat sejak seminggu terakhir, di mana BBRI mencatat penurunan paling dalam, yakni 8,35% ke Rp 3.730 per saham.
Faktor Penyebab Pelemahan Saham Perbankan
Menurut VP Equity Retail Analyst Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, pelemahan saham perbankan besar dipengaruhi oleh aksi jual asing yang cukup deras. Secara year-to-date (YtD), asing mencatat net sell terbesar di BBCA senilai Rp 30 triliun, BMRI Rp 17 triliun, dan BBNI Rp 4,2 triliun.
Audi menjelaskan bahwa tren ini terkait dengan pergeseran investasi akibat sentimen suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi global, termasuk dari Amerika Serikat. Selain itu, kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) juga turut menekan pertumbuhan laba bersih perbankan karena meningkatkan cost of credit.
Selain itu, risiko tambahan datang dari kebijakan pemerintah, seperti program penyaluran Koperasi Desa yang berpotensi menimbulkan kredit macet jika tidak dikelola secara profesional.
Perspektif Investor
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, Ekky Topan, menilai bahwa pemangkasan suku bunga BI ke level 4,75% belum sepenuhnya mendorong ekspansi kredit. Loan growth nasional masih stagnan, dan tekanan terhadap Net Interest Margin (NIM) diperkirakan berlanjut dalam waktu dekat.
Ia juga menyoroti ketidakpastian fiskal pasca-reshuffle kabinet, pelemahan rupiah, dan tekanan global yang membuat investor cenderung menahan diri. Dari sisi teknikal, mayoritas saham big banks masih bergerak dalam fase konsolidasi dengan kecenderungan bearish.
Namun, untuk jangka menengah dan panjang, sektor perbankan tetap menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi dan layak dikoleksi secara bertahap, terutama di area support kuat.
Rekomendasi Saham Perbankan
Dari sisi investasi, Audi merekomendasikan saham perbankan yang memiliki efisiensi biaya tinggi dengan Cost to Income Ratio (CIR) terjaga. Menurutnya, BMRI, BBRI, dan BBCA menarik untuk dikoleksi dengan rekomendasi buy. Target harga yang ditetapkan adalah BMRI di Rp 5.600, BBRI Rp 4.250, dan BBCA Rp 9.000 per saham.
Ekky menambahkan bahwa valuasi BMRI dan BBRI saat ini relatif murah dibanding rata-rata historisnya. BMRI disebut berpeluang rebound ke Rp 6.000–Rp 6.250 per saham jika sentimen fiskal membaik, sementara BBRI berpotensi menguat hingga Rp 5.000–Rp 5.100 per saham berkat sensitivitasnya terhadap program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan stimulus UMKM.
Selain itu, bank lapis kedua seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga layak dicermati karena sensitif terhadap sektor properti, subsidi perumahan, dan pertumbuhan keuangan syariah.
Opsi Jangka Pendek
Untuk opsi jangka pendek, saham PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) disebut mulai menunjukkan sinyal teknikal pembalikan arah dan bisa menjadi pilihan trading berbasis momentum.
BBCA Chart
by TradingView
BBTN Chart
by TradingView
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!