
Kendala dalam Pelepasliaran Buaya di PPS Alobi Air Jangkang
Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi Foundation yang berada di Air Jangkang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini menghadapi tantangan besar dalam upaya melepasliarkan buaya ke habitat alaminya. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang semakin memprihatinkan dan tidak memungkinkan untuk kembali menjadikan sungai-sungai sebagai tempat tinggal bagi hewan tersebut.
Menurut Endi R Yusuf, Manajer PPS Alobi, sejumlah sungai yang dulu menjadi rumah bagi buaya di wilayah ini telah mengalami kerusakan parah. Dampak dari perubahan lingkungan dan aktivitas manusia membuat habitat alami buaya tidak lagi layak untuk dihuni. Akibatnya, PPS Alobi tidak dapat melakukan pelepasliaran terhadap buaya-buaya yang ada di pusat rehabilitasi.
Endi menyampaikan bahwa sampai saat ini, pihaknya belum bisa melepasliarkan satwa tersebut karena kondisi lingkungan yang sudah sangat rusak. Ia menilai bahwa upaya penanganan konflik antara manusia dan satwa, khususnya buaya, harus dilakukan secara berkelanjutan dan terkoordinasi agar bisa memberikan solusi jangka panjang.
Penghentian Sementara Proses Evakuasi
Selain itu, PPS Alobi juga terpaksa menghentikan sementara proses evakuasi buaya hasil konflik dengan manusia. Alasan utama adalah kapasitas kandang yang sudah penuh dan tidak mampu menampung jumlah buaya yang semakin meningkat. Saat ini, pusat rehabilitasi hanya mampu menampung sejumlah tertentu, sehingga pengambilan buaya baru tidak lagi dapat dilakukan.
Endi menjelaskan bahwa saat ini PPS Alobi merawat sekitar 20 ekor lebih buaya yang berasal dari berbagai lokasi konflik di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Buaya-buaya ini dievakuasi setelah terjadi insiden dengan manusia, baik itu di darat maupun di daerah perairan.
Untuk menampung buaya-buaya tersebut, PPS Alobi memiliki beberapa jenis kandang. Buaya dengan ukuran besar, yaitu di atas 4 meter, ditempatkan di kandang rehabilitasi berukuran 30 x 40 meter persegi. Sedangkan buaya dengan ukuran di bawah 3 meter dipisahkan ke kandang cadangan berukuran 6 x 5 meter. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi saling serang antar buaya.
Keterbatasan Fasilitas dan Kebutuhan Pakan yang Meningkat
Sayangnya, kondisi fasilitas saat ini dinilai sudah tidak memadai. Kandang yang tersedia sudah penuh, sehingga tidak bisa menampung buaya baru. Selain itu, kebutuhan pakan juga meningkat pesat. Endi mengatakan bahwa dalam seminggu, sedikitnya satu ekor sapi harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan puluhan buaya yang sebagian besar sudah mencapai ukuran besar.
Selain sapi, pihak PPS Alobi juga menggunakan kambing sebagai alternatif pakan. Kerja sama dengan peternak sapi dan kambing sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pakan. Endi menjelaskan bahwa jika ada hewan ternak yang mati saat melahirkan, maka hewan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan. Namun, jika harus membeli secara rutin, biayanya sangat mahal dan memberatkan anggaran operasional.
Dukungan dari PT Timah Tbk
Seluruh aktivitas operasional PPS Alobi Air Jangkang, termasuk akomodasi dan kebutuhan pakan satwa, saat ini masih ditopang oleh kerja sama dengan PT Timah Tbk. Meskipun demikian, kebutuhan dana dan sumber daya tetap menjadi kendala utama dalam menjalankan tugas rehabilitasi dan perlindungan satwa liar.
Dengan kondisi yang terus berkembang, PPS Alobi memohon dukungan dari berbagai pihak agar dapat terus menjalankan misi mereka dalam menjaga kelestarian satwa dan lingkungan. Mereka berharap adanya solusi jangka panjang yang dapat mengembalikan habitat alami buaya serta meningkatkan kapasitas rehabilitasi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!